Pantau Hilal, PBNU Kerahkan 90 Orang

Petugas Badan Hisab dan Rukhyat melihat posisi hilal saat matahari mulai terbenam GTC tanjung Bunga, Losari, Makassar, (08/7). Posisi Hilal saat terbenam matahari pukul 18.03 WITA tidak terlihat, karena cuaca berawan. TEMPO/iqbal Lubis
Petugas Badan Hisab dan Rukhyat melihat posisi hilal saat matahari mulai terbenam GTC tanjung Bunga, Losari, Makassar, (08/7). Posisi Hilal saat terbenam matahari pukul 18.03 WITA tidak terlihat, karena cuaca berawan. TEMPO/iqbal Lubis

TEMPO.CO, Jakarta -Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menugaskan 90 orang untuk memantau kemunculan hilal guna menentukan 1 syawal 1434 hijriah. Pemantauan dilakukan di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Bawean, Situbondo hingga Cakung.

"NU menentukan berdasarkan bulan kelihatan atau tidak," kata Ketua PBNU Said Aqil Siradj saat ditemui di kantornya, Rabu, 7 Agustus 2013.

Terkait dengan adanya perbedaan penentuan 1 syawal, Said menyarankan agar semua memakai metode rukyatulhilal. Di seluruh dunia, kata dia, penentuan awal dan akhir Ramadhan menggunakan pengamatan kemunculan hilal. Tapi dia menyerahkan sepenuhnya jika ada organisasi Islam yang menggunakan metode lain. "Silakan, itu pilihan masing-masing," ujar dia.

Sidang isbat akan digelar hari ini, 7 Agustus 2013, di kantor Kementerian Agama. Sidang tersebut kerap diwarnai perbedaan pendapat dari beberapa organisasi Islam yang hadir. Supaya sidang tak berlarut-larut, Kementerian menyiasatinya dengan menarik sesi perdebatan ke siang hari.

Salah satu ormas Islam, Muhammadiyah sudah menentukan 1 syawal jatuh pada tanggal 8 Agustus 2013. Muhammadiyah menggunakan metode hisab untuk menentukan berakhirnya Ramadhan.

WAYAN AGUS PURNOMO