Omzet Turun, Pedagang Bunga Sedap Malam Sedih

Editor

Elik Susanto

Seorang warga keturunuan Tionghoa membeli bunga dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2564 di kawasan pasar Petak Sembilan, Jakarta, (09/02). Sejumlah bunga yang banyak dibeli yaitu bunga Sedap Malam, Garbera, Salju, dll. TEMPO/Yosep Arkian
Seorang warga keturunuan Tionghoa membeli bunga dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2564 di kawasan pasar Petak Sembilan, Jakarta, (09/02). Sejumlah bunga yang banyak dibeli yaitu bunga Sedap Malam, Garbera, Salju, dll. TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Jakarta -  Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, permintaan bunga sedap malam di Pasar Rawa Belong Kecamatan Kebun Jeruk, Jakarta Barat mengalami penurunan. Hingga malam takbiran, Rabu 7 Agustus 2013, pedagang bunga di pasar tersebut masih dipenuhi dagangan mereka. Harapan mereka mendapat untung besar nyaris pupus.

Menurut Mardi, salah satu pedagang bunga sedap malam, biasanya mulai pukul sepuluh pagi pembeli sudah ramai. Hari ini, kata dia, pembeli baru beberapa yang datang. Sebanyak 50 ribu tangkai bunga sedap malam, masih menumpuk. "Dagangan saya masih banyak yang belum terjual," kata Mardi saat ditemui Tempo menjelang maqrib.

Penurunan omzet hampir diderita semua pedagang bunga. Mardi mengaku, sampai menjelang buka puasa bunga yang terjual sekitar 20 ribu tangkai. Jika tidak laku, kata dia, bunga akan membusuk. Pada hari biasa Mardi biasa menjual bunga setiap satu ikatnya adalah Rp 150 ribu. "Sekarang harga Rp 350 ribu setiap ikat," kata dia.

Dia menduga, penurunan omzet lantaran pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak. "Orang lebih mementingkan kebutuhan pokok ketimbang membeli bunga untuk nyekar. banyak yang nyekar tanpa membawa bunga."

Hal yang sama juga dialami Asep Supriyadi. Pria 34 tahun ini mengatakan penjualan tidak seramai tahun lalu. "Tahun lalu dapat untung besar lantara bunga sedap malam habis sampai malam takbiran. Tapi hari ini masih banyak yang belum terjual," kata Asep mengeluhkan.

MUHAMMAD MUHYIDDIN