Keluhan Menteri Suryadharma Ali Saat Sidang Isbat  

Editor

Elik Susanto

Suryadharma Ali. ANTARA/M Agung Rajasa
Suryadharma Ali. ANTARA/M Agung Rajasa

TEMPO.CO, Jakarta -  Menteri Agama Suryadharma Ali berkelakar saat membuka Sarasehan Mencari Titik Temu Penentuan 1 Syawal 1434 Hijriah, di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2013. Sarasehan ini merupakan pra-Isbat atau salah satu rangkaian sidang Isbat penentuan Lebaran.

Ia berkelakar ihwal sejumlah anggapan yang beredar di tengah masyarakat mengenai pelaksanaan sidang Isbat penentuan 1 Syawal tahun Hijriah. "Ada yang bersifat politis," kata Suryadharma. "Misalnya, tidak datang ke acara ini karena Menteri Agama-nya dari partai politik. "Ini politis," ujar Suyadharma Ali yang juga Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan itu.

Selain itu, Suryadharma menambahkan, ada masyarakat yang mengaitkan penentuan awal bulan Hijriah dengan perempuan. "Untuk melihat bulan, serahkan saja ke kaum perempuan, karena kaum perempuan tahu kapan dia datang bulan," ujarnya, disambut senyum peserta sarasehan.

Menurut dia, ada juga anggapan masyarakat yang bersifat ekonomis. Misalnya saat penetapan 1 Syawal berbeda. Ada sebagian masyarakat yang sudah Lebaran, sebagian lagi belum. "Anggapannya, Lebaran tahun ini sangat hangat. Mengapa? Karena opor-opor dihangatkan, sayur dihangatkan, ketupat dihangatkan," ujar Suryadharma.

Di sisi ekonomis, ada juga yang beranggapan jika penentuan Lebaran mundur, maka barang-barang yang sudah dibeli masyarakat untuk menyambut Lebaran menjadi kurang berguna. "Harus membeli lagi ke pasar untuk keesokan harinya," ucap Suryadharma. "Ini bagus juga, dengan demikian pasar terus hidup."

Ia juga mencontohkan anggapan masyarakat yang mengusulkan agar Lebaran jatuh tiga kali selama satu tahun. "Supaya kemacetan tidak terlalu parah," kata Suryadharma. "Di Jakarta, jalanan lengang enak sekali."

PRIHANDOKO