Khotbah Idul Fitri Singgung Soal Nafsu Korupsi

Editor

Elik Susanto

Ilustrasi Salat Ied. [TEMPO/ Priatna]
Ilustrasi Salat Ied. [TEMPO/ Priatna]

TEMPO.CO, Jakarta - Salat Idul Fitri 1434 Hijriah di halaman Balai Kota DKI Jakarta pagi ini, Kamis, 8 Agustus 2013, diisi dengan khotbah penuh nasihat. Suharyadi Sumhudi, sang khatib, membawakan tema khotbah "Dengan Semangat Idul Fitri Kita Bangun Sumber Daya Aparatur yang Amanah" dengan cukup jenaka.

Setelah salat dua rakaat, khatib Suharyadi naik mimbar dan mengajak takbir bersama para jemaah yang berjumlah ribuan orang. Dia menyatakan, ada enam semangat yang harus dimiliki oleh aparatur pemerintah setelah melewati cobaan selama 30 hari.

Keenam hal tersebut yakni bertambah taqwa, menjadi pegawai makin jujur dan amanah, tenang-jiwa, hati-suci, jiwa-raga yang prima, dan pandai menahan hawa nafsu. "Termasuk nafsu korupsi. Biasanya pegawai daerah sering tergiur akan hal ini," ucapnya diikuti gelak tawa para jamaah.

Tanpa mengurangi kekhusyukan khotbah, dia menjelaskan keenam poin tersebut dengan contoh-contoh kejadian di sekitar rumah tangga dan lingkungan masyarakat. Lembaga terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak,  menurutnya, paling mampu mendidik seseorang ke arah baik ataupun buruk. "Begitupun anggota keluarga para aparatur pemerintah dan negara," kata Suharyadi.

Setelah keluarga, sekolah menjadi lembaga kedua membentuk seorang manusia yang berakhlak. "Lembaga ini tak kalah pentingnya dalam mendidik, supaya para orang-orang yang akan menjadi aparat negara tidak korupsi nantinya," ucapnya. 

Salat Idul Fitri di halaman Balai Kota ini dihadiri oleh beberapa anggota DPRD DKI Jakarta, termasuk Ferrial Sofyan. Pelaksana tugas Sekretaris Wilayah Daerah DKI Jakarta pun turut hadir di sini. Kebanyakan para jamaah yang datang adalah para pegawai negeri sipil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

AMRI MAHBUB