TEMPO.CO , Yogyakarta: Pedagang kaki lima yang membuka lapak pakaian di Jalan Malioboro Yogyakarta mengaku mulai kewalahan dengan lonjakan permintaan para wisatawan yang makin menyemut H-1 lebaran ini. Para wisatawan itu mulai membeli berbagai macam pakaian baik untuk oleh-oleh atau dipakai sendiri selama berlibur di Yogyakarta.
Sariyem, seorang pedagang asal Kabupaten Sleman di depan Kantor DPRD DI Yogyakarta menuturkan, sejak H-3 atau Senin 5 Agustus 2013 lalu lonjakan perminataan pakaian mulai terasa. Khususnya jenis batik cap Pekalongan yang harganya relatif murah. “Rata-rata batik yang Pekalongan sehari bisa habis lima kodi,” kata Sariyem kepada Tempo, Rabu, 7 Agustus 2013.
Padahal akhir pekan sebelumnya, jenis pakaian batik sehari-hari mentok hanya bisa terjual sekitar satu kodian atau tak lebih dua puluh helai. Jenis batik Pekalongan yang terjual itu berbagai macam, mulai babby doll, celana panjang, kaus, atau celana pendek selutut.
“Apa saja laku, gampang sekali pas musim libur begini,” kata perempuan yang memulai usahanya di tempat itu sekitar lima tahun lalu. Ia menambahkan paguyuban pedagang termasuk dirinya, tidak menaikkan harga atau membandrol lebih tinggi dari harga pakaian yang ada meskipun sedang libur panjang. “Kami tidak naikkan, karena semua sudah stock sejak jauh jauh hari kalau lebaran tetap bakal laris.”
Tak hanya wisatawan local, turis asing juga memburu celana panjang batik dan kaus. “Saya selalu stok ukuran celana jumbo karena turis itu seperti pelanggan tetap, ada terus dan sering mencari celana panjang yang bahannya dingin,” kata dia.
Untuk harga turis tentu dipasang berbeda. Celana panjang dibandrol sekitar Rp 60 ribu. Wisatawan lokal harga batik cap Pekalongan ini berkisar Rp 20-40 ribu. Tergantung tawar menawar.
Selain model batik Pekalongan, jenis-jenis kaus bertuliskan atau bergambar obyek Yogyakarta tetap memiliki pasar tersendiri. Harga kaus seperti ini pun tak berubah dengan tahun lalu, yakni Rp 30 ribuan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Syrief Teguh menuturkan para pedagang di Malioboro baik pakaian, makanan dan lainnya diminta menjaga kenyamana wisatawan. “Salah satunya dengan tidak mempermainkan harga dan memasang tarif harga yang bisa diketahui untuk pedagang makanan,” katanya.
PRIBADI WICAKSONO