TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsudin mengatakan, tersanjung saat ada yang menyebut dia cocok menjadi calon wakil presiden. Namun untuk mencalonkan diri, Din harus meminta izin kepada Muhammadiyah karena masa jabatannya baru berakhir pada 2015 mendatang.
"Kalau diminta, kami akan pikirkan," kata Din, saat menyambangi kediaman Jusuf Kalla di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Jumat, 9 Agustus 2013. Dia hanya berucap alhamdulilah jika ada yang mengatakan cocok menjadi calon wakil presiden.
Din merasa sudah memiliki bekal untuk mengurus negara karena sudah pernah menjadi pemimpin ormas dan partai politik. Menurut dia, memimpin ormas jauh lebih berat dibandingkan dengan mengurus negara. Apalagi, kata dia, mengurus ormas menggunakan dana mandiri. Berbeda dengan mengurus negara yang menggunakan anggaran negara. "Kalau pemimpin negara kan semuanya sudah tersedia," ujar dia.
Meskipun merasa memiliki kapasitas, Din tahu diri bahwa yang berhak mengajukan calon presiden adalah partai politik atau gabungannya. Jika ada yang melamarnya sebagai calon wakil presiden, Din harus meminta izin kepada Muhammadiyah. Menurut dia, jika Muhammadiyah tidak setuju dia akan mematuhi perintah organisasi. "Kalau setuju, ya Insya Allah," ujar dia.
Menurut Din, selain kesediaan dia juga harus memikirkan peluang untuk menang. Kompetisi dalam pemilu presiden bertujuan untuk terpilih dan bukan untuk kalah. Namun sejauh ini, dia belum menerima tawaran konkret dari partai politik. "Hanya sebatas isyarat-isyarat," kata dia.
WAYAN AGUS PURNOMO