TEMPO.CO, Malang - Sejumlah pendaki Gunung Semeru dari berbagai daerah berdatangan di stasiun Kota Baru, Malang, Jawa Timur, Kamis 15 Agustus 2013. Mereka berasal dari Tangerang dan Jakarta. "Kami hendak naik ke Semeru sekaligus merayakan kemerdekaan di sana," Muhammad Zainul pendaki asal Jakarta.
Bersama empat temannya ia bakal melanjutkan perjalanan menuju Tumpang, dilanjutkan naik jeep menuju Ranupani, Kabupaten Lumajang. Ranupani merupakan pos pertama menuju puncak Gunung Semeru. Pendakian ke Semeru, katanya, merupakan kali pertama ia lakukan.
Baca Juga:
Adapun pendaki asal Tangerang, Wirawan Yuda Kusuma, batal mendaki ke Semeru. Setelah kuota pendakian dibatasi, ia memilih mendaki ke Gunung Arjuna. "Tak dapat kuota ke Semeru, lebih baik ke Arjuna," kata dia.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger dan Semeru Ayu Dewi Utami menjelaskan upacara kemerdekaan diikuti sebanyak 1.500 orang. Jumlah peserta upacara lebih banyak dibandingkan tahun lalu sebanyak 1.300 pendaki.
"Jika masih ada yang mendaftar akan dilayani di pos Ranupani," kata Ayu. Upacara kemerdekaan, katanya, dilakukan di Kalimati sedangkan puncak Semeru tak aman. Lantaran material vulkanik berbahaya bagi pendakian.
Aktivis pecinta alam di Malang mengkhawatirkan upacara bendera di puncak Semeru akan menimbulkan kerusakan ekosistem. Karena kegiatan itu akan mengundang ribuan pendaki ke Semeru. Termasuk menimbulkan sampah plastik bungkus makanan yang banyak menumpuk di Semeru.
"Gunung Semeru merupakan kawasan konservasi yang harus dijaga," kata Johny Wiro pecinta alam asal Malang. Ia menyayangkan sikap BBTN BTS yang tak mengendalikan pendakian ke puncak Semeru. Sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Johny merupakan pendaki kawakan ia yang ikut mengevakuasi jenasah Soe Hok Gie dari puncak Semeru.
EKO WIDIANTO