TEMPO.CO, Jakarta - Para pengusaha menilai target pertumbuhan ekonomi versi pemerintah tidak realistis. Angka 6,5 persen diragukan bisa tercapai tahun depan. Faktor eksternal, seperti kondisi perekonomian global, berpotensi memberikan dampak kurang baik bagi perekonomian Indonesia. "Itu ngukurnya dari mana? Kondisi perekonomian sedang terpuruk begini," ujar Sofjan Wanandi, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, saat ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Kamis, 15 Agustus 2013.
Besok, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan membacakan pidato nota keuangan 2014. Jika disetujui, nota ini akan menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dalam asumsi makro yang sebelumnya telah disepakati pemerintah bersama DPR, disebutkan target pertumbuhan ekonomi pada 2014 berkisar pada level 6,4 hingga 6,9 persen. Adapun Menteri Keuangan Chatib Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia paling realistis sebesar 6,4 persen.
Sofjan mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan versi pengusaha paling realistis berkisar di level 5,5 sampai 5,7 persen. Kisaran angka tersebut, menurut Sofjan, karena pengusaha melihat hingga kemungkinan skenario terburuk. Pengusaha tidak mau menetapkan target terlalu tinggi tetapi tidak tercapai. "Percuma menetapkan target tinggi tetapi di tengah jalan dipangkas," kata Sofjan.
Alasan target pertumbuhan pemerintah tidak realistis, kata Sofjan, ada pada kondisi penerimaan dan pemasukan negara yang tidak seimbang. "Kita itu besar pasak daripada tiang," katanya. Kalau pemerintah tidak berhati-hati dan menetapkan target yang terlalu tinggi, dia khawatir akan terjadi defisit anggaran.
Sofjan juga melihat asumsi dan optimisme pemerintah mendorong pertumbuhan karena faktor tingginya konsumsi sebagai hal yang keliru. "Konsumsi tinggi juga porsi terbesarnya berasal dari barang impor daripada produk dalam negeri, jadi tidak menguntungkan."
PRAGA UTAMA