TEMPO.CO, Yerussalem - Perunding Israel dan Palestina akhirnya bertemu di Yerusalem, Rabu (14/08/2013) malam, untuk memulai pembicaraan perdamaian pertama setelah mandek empat tahun lalu. Perundingan yang dimediasi Amerika Serikat dan berlangsung di bawah skeptisisme sejumlah pihak ini diharapkan bisa mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik, dalam waktu sembilan bulan.
Perundingan yang sebelumnya didahului oleh diplomasi ulang-alik Amerika Serikat itu, dilakukan di sebuah lokasi yang dirahasiakan. Tim perunding Israel terdiri dari Menteri Kehakiman Israel Tzipi Livni dan Yitzhak Molcho, penasihat Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu. Tim Palestina adalah Saeb Erekat dan Mohammed Shtayyeh.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang gigih mendorong kedua pihak untuk kembali ke meja perundingan, mengatakan, wakil Israel dan Palestina sudah meneleponnya Selasa (13/08/2013) malam dan menyatakan komitmennya untuk melanjutkan proses panjang perdamaian yang hampir mati ini.
Hanya saja, perundingan ini diprediksi tak mudah. "Suasananya tidak positif," kata seorang diplomat Barat, yang mencerminkan konsensus umum dari pandangan di kalangan pengamat. "Ini secara politis sangat sulit."Skeptisisme pengamat utamanya dipicu oleh langkah Israel yang melanjutkan pembangunan pemukiman Yahudi.
Usai pertemuan di Yerussalem, perundingan selanjutnya akan bergeser ke sebuah tempat, entah itu di Yerusalem Barat atau kota Yerikho di Tepi Barat, dalam beberapa hari mendatang.
Meskipun Israel mengamankan pembebasan 26 --dari total 104-- tahanan secara bertahap selama sembilan bulan ke depan, para pemimpin Palestina marah terhadap serangkaian pernyataan Israel sebelumnya yang mengumumkan pembangunan sekitar 2.000 pemukiman baru di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Pemukiman, perbatasan, dan wilayah negara Palestina masa depan adalah prioritas utama bagi negosiator Palestina.
Pejabat senior Palestina Yasser Abed Rabbo memperingatkan bahwa pembicaraan bisa runtuh akibat manuver ini. "Perluasan permukiman bertentangan janji pemerintah AS dan mengancam untuk menyebabkan runtuhnya negosiasi," katanya.
Tzipi Livni mengatakan, Israel ingin menyelesaikan negosiasi ini setelah usaha yang gagal tahun 2008 dan 2010. "Ini akan rumit dan kompleks, tapi saya tidak menyerah."
Pembicaraan damai tahun 2010 berakhir juga karena soal pemukiman Israel. Palestina ingin menggabungkan Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem timur untuk membentuk negara mereka sendiri, namun Israel terus mengizinkan pembangunan pemukiman di wilayah yang dicaplok Israel dalam perang tahun 1967 itu.
Guardian | Deutsche Welle | BBC | Abdul Manan