TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Ahmad Erani Yustika menilai target pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen pada 2014 seperti yang diperkirakan pemerintah masih realistis. Sebab ada sejumlah faktor pendukung seperti beban subsidi bahan bakar minyak yang berkurang, tidak adanya kenaikan tarif listrik, dan investasi yang diperkirakan kembali meningkat.
“Pertumbuhan paling realistis yakni 6,3-6,4 persen,” kata dia kepada Tempo, Jumat 16 Agustus 2013.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,4-6,9 persen. Namun kalangan pengusaha menilai target itu terlalu tinggi karena masih lesunya perekonomian global. Para pengusaha ragu tahun depan terjadi pemulihan ekonomi, dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi pertumbuhan ekonomi berkisar pada 5,5-5,7 persen.
Menurut Ahmad Indonesia masih menghadapi sejumlah masalah pada 2014. Daya saing produk nasional serta belum pulihnya perekonomian global sehingga menekan harga komoditas bisa menghambat pertumbuhan ekonomi. "Masalah dalam ekspor bisa menghambat pertumbuhan ekonomi."
Ahmad memperkirakan pada 2014 harga komoditas pertanian akan kembali naik. Dengan demikian, pendapatan dari komoditas tersebut bisa lebih besar dari 2013. Adapun dampak larangan ekspor bahan tambang mentah, menurut dia, tidak mempengaruhi pemasukan dari sektor mineral. “Pelarangan tersebut sudah tepat, karena bisa menguntungkan dalam jangka panjang," ujarnya.
Pemerintah dapat mencuri peluang pertumbuhan ekonomi dari efektivitas penyerapan APBN. Namun, Ahmad khawatir Pemilu 2014 bisa mengganggu jalannya pemerintahan dan menghambat penyerapan anggaran.
PRAGA UTAMA