TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya selusin orang tewas dalam bentrokan teranyar di Mesir saat demonstran anti kudeta kembali ke jalan-jalan untuk menuntut berakhirnya rezim yang dipimpin militer pada Jumat 16 Agustus 2013.
Dalam laporannya, kantor berita Reuters seperti dikutip Al Jazeera, menyebut delapan pengunjuk rasa telah terbunuh di kota Damietta, dan empat lainnya terbunuh dalam bentrokan dengan pihak keamanan Mesir di kota Ismailia, timur laut Kairo.
Laporan ini muncul saat kerumunan warga memenuhi jalan-jalan di sekujur Mesir untuk memenuhi ajakan Ikhwanul Muslimin yang disebut sebagai, " Hari Kemarahan", menyusul tewasnya ratusan demonstran pada 14 Agustus 2013. Saat itu polisi membubarkan aksi para pendukung presiden terguling Mohamed Mursi.
Dalam laporan itu juga disebutkan adanya suara letusan senjata api dan bentrokan di Ramses Square dan jembatan 6 Oktober di Kairo.
Seorang demonstran, Ahmad Tohami kepada Al Jazeera mengatakan, "Ada darah di jalanan" saat polisi menembak ke arah demonstran di sekitar jembatan 6 Oktober Kairo. Gas air mata dan peluru, kata Ahmad Tohami, ditembakkan polisi pada demonstran.
"Pria tua, perempuan muda, perempuan tua, diserang. Anak-anak di sini di jembatan-kami di serang, tak ada jalan keluar. Ratusan dari ribuan orang demonstran ada di jembatan. Mereka menyerang kami dari depan, mereka menyerang kami dari belakang. Kami tak bisa kemana-mana," kata dia saat ditelepon Al Jazeera.
AL JAZEERA| JULI HANTORO
Topik terhangat:
Suap SKK Migas | Sisca Yofie | Rusuh Mesir | Arus Balik Lebaran
Berita lainnya:
Daftar Konser Akhir Tahun di Jakarta
Karyawati Dijambret di Palmerah
6 Selebriti dengan Masa Pernikahan Tersingkat
Mengapa Rumah Tipe 21 Kurang Peminat