TEMPO.CO, Jakarta - Analis First Asia Capital David Sutyanto menyatakan pergerakan indeks harga saham gabungan pada pekan ini terancam akan terkoreksi negatif akibat pelemahan rupiah. Pasalnya di pekan lalu, nilai rupiah terhadap dollar AS hampir menyentuh angka Rp 10.500.
"Ancaman pelemahan itu turut memperburuk sentimen pasar dan sentimen positif juga belum terlihat untuk pekan ini,"ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin, 19 Agustus 2013.
Sekadar catatan, rupiah tercatat turun 1,02 persen sepanjang pekan lalu. Saat diperdagangkan Senin pekan lalu, nilai tukar rupiah bertengger di posisi Rp 10.287. Namun pada Jumat nilai tukar rupiah jatuh ke level Rp 10.392 per dollar Amerika.
Berdasarkan kurs transaksi Bank Indonesia, pada hari ini 19 Agustus 2013 kurs tengah rupiah di level Rp 10.451 per dollar AS. Rinciannya sebesar Rp 10.503 untuk kurs jual dan Rp 10.399 untuk kurs beli. Nilai kurs tengah rupiah terhadap dolar AS melemah 0,5 persen dibandingkan Jumat, 16 Agustus 2013 sebesar Rp 10.392 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terus melemah sejak 31 Juli 2013, di mana saat itu rupiah diperdagangkan sekitar Rp 1.300 per dolar AS.
First Asia mencatat, pada perdagangan akhir pekan lalu IHSG anjlok 116,475 poin ke 4.568,654. Ini penurunan harian terbesar sejak perdagangan 9 Juli 2013. Investor cenderung melepas saham akibat meningkatnya resiko perekonomian domestik setelah Bank Indonesia (BI) berencana mengatur likuiditas perbankan yang berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit perbankan.
Sementara itu, dana asing yang keluar mencapai Rp 891 miliar dari pasar saham seiring dengan naiknya resiko investasi di Indonesia. Dilihat sepekan IHSG terkoreksi 1,55% dan dana asing yang keluar mencapai Rp 1,37 triliun.
Untuk pekan ini, David memprediksi pergerakan IHSG akan berada di level support ada di 4.510 dan resisten di 4.600.
RIRIN AGUSTIA