TEMPO.CO, Kairo - Panglima Angkatan Besenjata Mesir, Jenderal Abdel Fattah el-Sisi, menyatakan bahwa dia tidak akan membiarkan pasukannya menahan diri menggunakan kekuatan guna menghadapi perusuh yang akan menghancurkan Mesir.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam pidato pertama kalinya di depan publik sejak pasukan keamanan bentrok dengan pengunjuk rasa anti-kudeta. Insiden ini menyebabkan lebih dari 600 orang tewas, Rabu, 14 Agustus 2013.
"Kesabaran kami telah habis. Kami sudah tak bisa lagi menerima berbagai serangan. Oleh karenanya, kami akan menggunakan kekuatan penuh. Para penyerang menginginkan Mesir hancur," ujarnya di depan layar televisi Mesir, Ahad, 18 Agustus 2013.
Dia bersumpah akan berdiri teguh menghadapi kekerasan. "Siapa pun yang menginginkan negara dan rakyat Mesir hancur harus berpikir ulang. Kami tidak akan pernah diam dalam menghadapi kehancuran negara," lanjutnya.
Dalam pidatonya, Sisi juga mengatakan bahwa Angkatan Bersenjata tidak berminat mengambil alih kekuasaan. Menurutnya, negara adalah ruang bagi semua orang, termasuk kelompok Islam pendukung presiden Mesir terguling Muhamad Mursi.
"Ada ruangan bagi setiap orang di Mesir," tulis Agence France-Presse mengutip keterangan Sisi ketika berpidato di depan para pejabat militer dan kepolisian.
Dia menambahkan, "Kami telah memberikan banyak perubahan untuk mengakhiri krisis secara damai dan menyerukan kepada seluruh pengikut bekas rezim guna berpartisipasi membangun kembali demokrasi," katanya seperti dilaporkan Associated Press.
AL JAZEERA | AL ARABIYA | CHOIRUL
Topik Terhangat:
Suap SKK Migas | Penembakan Polisi | Sisca Yofie | Konvensi Partai Demokrat | Rusuh Mesir
Berita Terpopuler:
Lulung: Saya Meludah Saja Jadi Duit
Publik Lebih Suka Penentuan Ramadan Zaman Soeharto
Gerak-gerik Rudi Sudah Diawasi Sejak Mei
Jokowi Dandan Warok Ponorogo Demi Bambang DH
Membandel, Tujuh PKL Tanah Abang Kena Sanksi