TEMPO.CO, Mataram - Syahdan, empat orang dari agama berbeda—Islam, Hindu, Buddha, Nasrani—berdoa meminta hujan. Keempatnya khusyuk berdoa di waktu dan tempat yang sama. Tak lama kemudian, hujan turun deras. "Pertanyaannya, Tuhan siapa yang menurunkan hujan?"
Cerita tamsil itu diuraikan Tuan Guru Subki Sasaki, seorang ulama muda di Lombok, kepada Tempo, yang menyambangi kediamannya di Dusun Pelulan, Desa Kuripan Utara, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok Barat, Juli 2013 lalu. Lalu dia menjawab sendiri pertanyaan itu. Katanya, yang menurunkan hujan, "Tuhannya kita, ya, Tuhan dia juga."
Baca Juga:
Dengan kisah itu, Subki Sasaki menegaskan sosoknya yang konsisten dengan gagasan pluralisme. Dia juga dikenal aktif mewujudkannya lewat aksi-aksi nyata membina keragaman. Selama ini, Subki Sasaki memang dikenal sebagai ulama yang mendobrak pemahaman konservatif di Lombok.
Sikapnya yang selalu menyokong keragaman tak jarang membuatnya mesti membela minoritas. Dan untuk itu, ia kerap menanggung sorotan tajam dari kalangan ulama lain. Sebab, sikap itu berseberangan dengan sebagian besar keyakinan tuan guru—sebutan untuk ulama suku Sasak di Lombok. Dia bahkan pernah dicap sebagai ulama yang kontroversial.
Ayah tiga anak ini sempat disidang dalam sebuah forum ulama. Dia diberi waktu 15 menit untuk menjelaskan sikapnya, tapi forum akhirnya lebih banyak diwarnai hujan interupsi.
Gagal menjelaskan gagasannya, Subki memilih melakukan pendekatan personal kepada tuan guru lain. Meskipun kerap tak sepakat, pada akhirnya ulama di Lombok memaklumi sikap nyelenehnya itu. Belakangan, dia diminta menjadi Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Lombok Barat.
WAYAN AGUS PURNOMO
Topik terhangat:
Suap SKK Migas | Penembakan Polisi | Pilkada Jatim | Rusuh Mesir | Konvensi Partai Demokrat
Berita terpopuler:
Lulung: Ahok Bukan Negarawan
Tes Keperawanan Siswa SMA di Prabumulih Diprotes
Rudi Rubiandini Diduga Bagian Jejaring Makelar
Pidato SBY Dinilai 'Menjerumuskan' IHSG
KPK Minta Rudi Blakblakan Soal Suap SKK Migas