TEMPO.CO, Washington - Departemen Luar negeri Amerika Serikat membantah pemberitaan New York Times dan Daily Beast bahwa negara itu sudah secara resmi menghentikan bantuan untuk Mesir. Juru bicara Jen Psaki menyatakan opsi penghentian bantuan memang tengah dipertimbangkan, namun belum menjadi keputusan resmi.
AS, katanya, masih mencermati perkembangan yang terjadi di Mesir. kekerasan militer Mesir terhadap para demonstran menewaskan hampir 900 orang dalam sepekan terakhir.
Pemerintah Presiden Barack Obama sebelumnya telah menyatakan keprihatinannya mengenai apa yang tengah terjadi di Mesir, yang disebut mengalami kekerasan politik terburuk dalam sejarah modern. Militer menggunakan kekuatannya untuk membubarkan kamp demonstran pro-Muhammad Mursi, mantan presiden yang sebelumnya digulingkan oleh militer pada 3 Juli.
Namun sejauh ini AS menolak untuk menyebut pelengseran Mursi sebagai kudeta militer dan tidak pernah meminta dia untuk dikembalikan ke kursi kepresidenan.
Namun, beberapa hari setelah pelengseran itu, AS mempertimbangkan untuk menghentikan bantuan militer dan ekonomi bagi Mesir. Pada tanggal 24 Juli, Obama memutuskan untuk menunda pengiriman empat pesawat tempur F-16 ke negara itu dan pada 15 Agustus menyatakan latihan militer rutin dua negara itu dibatalkan.
Setiap tahun, AS menggelontorkan dana sekitar US$ 1,3 miliar dolar AS untuk bantuan militer dan US$ 250 juta untuk bantuan ekonomi. Terkait pengetatan anggaran, pada tahun fiskal saat ini sampai dengan 30 September jumlah bantuan sedikit lebih rendah, yaitu sekitar US$ 1,23 miliar untuk militer dan US$ 241 juta dalam bentuk bantuan ekonomi.
Psaki mengatakan kepada wartawan bahwa Departemen Luar Negeri sedang meninjau bantuan ekonomi untuk melihat berapa banyak, jika mungkin, dibatasi sebagai akibat dari pemecatan Mursi dan aksi kekerasan yang mengikutinya. Misalnya, dengan menyunat bantuan ekonomi menjadi separuhnya. Namun ia kembali menegaskan, belum menjadi keputusan resmi.
REUTERS | TRIP B