TEMPO.CO, Bojonegoro - Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur akan berlangsung pada 29 Agustus 2013. Bambang Dwi Hartono, calon gubernur yang dijagokan oleh Partai Demokrasi Indonesia ini memulai kampanye perdana dengan cara blusukan ala Jokowi di bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro pada 15 Agustus 2013. Pemilihan ini diikuti oleh empat pasangan.
Dalam kampanye pertamanya itu, bekas Wali Kota Surabaya ini menyapa para orang tua dan memberi hadiah kepada anak-anak yang tengah berlomba perayaan peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus ke-68. Di sela-sela kampanye itu, Bambang menerima Tempo wawancara mengenai pencalonan, rencana program, dan optimistisnya bisa menjadi kuda hitam dalam pemilihan nanti.
Kenapa Anda Kampanye di pinggir Kali Bengawan Solo?
Orang mau jadi pimpinan harus paham persoalan wilayahnya. Di antara masalah yang kronis persoalan di sepanjang aliran di Bengawan Solo. Seperti, orang Jawa bilang, nek rendeng ora iso ndodok nek ketigo ora iso cewok. (musim hujan tak bisa jongkok karena banjir, kemarau tidak bisa bersih-bersih karena tidak ada air). Itu masalah lama. Saya mencoba memetakan persoalan, supaya petanya jelas, dipotret. Persoalan irigasi, aliran sungai Bengawan Solo, pendidikan.
Program apa yang tengah dikembangkan?
Saya tadi lebih banyak menjelaskan tentang program aliran anggaran, Rp 500 juta per desa per tahun. Sejak saya debat di televisi , saya banyak terima pesan pendek (SMS). Mereka bertanya benar tidak? Bisa tidak? Lalu mereka banyak membuat pertemuan. Di Madiun, semua kepala desa 13 kecamatan berkumpul menanyakan masalah tersebut. Saya jelaskan contohnya, kasus di Surabaya. Di Lamongan ada ratusan perangkat desa mulai dari hingga kepala urusan berkumpul dan mendengarkan penjelasan saya juga.
Bagaimana dengan tingkat elektabilitas Anda yang masih rendah?
Gak apa-apa. Saya malah seneng dianggap suara masih rendah. Mereka kan panik. ketika tahu suara saya. Saya yakin mereka juga tahu kalau suara saya naik tajam sesuai survey. Sampai kemarin mereka melaporkan ke Polda. Bahkan, masalah jempol saja dipermasalahkan. Jempol itu lho, dimasalahkan. Polda juga tidak bodoh. Masak semua laporan ditindak lanjuti. Saya tenang-tenang saja.
Bagaimana mengangkat grade?
Kami turun menjelaskan kepada kepala desa dan tokoh masyarakat setempat. Kepala Desa itu dipilih banyak orang. Maka mereka mengajak warganya, mengajak tetangga desanya untuk memilih saya. Jadi tidak usah panik-panik.
SUJATMIKO
Berita Terpopuler:
Bumi Akan Dihujani Debu Kosmik Selama 3 Bulan
Ditanyai Soal Konvensi, Sri Mulyani Senyum-senyum
Pidato SBY Dinilai 'Menjerumuskan' IHSG
Suap Rudi Kiriman Singapura? Simon Tersenyum
Ahok: Jakarta Lebih Cocok untuk Jasa-Perdagangan