TEMPO.CO , Jakarta:Perjuangan Lian Gogali, 35 tahun, dalam mendirikan sekolah perempuan Mosintuwu di Poso mengarungi suka dan duka. Impiannya untuk merekatkan kembali hubungan Muslim-Kristen di Poso kerap menghadapi tantangan. Tapi, Lian juga mengalami pengalaman yang unik.
Salah satu peristiwa unik itu adalah “penculikan” Lian pada 2004. Saat itu, lulusan S-2 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini tengah mengunjungi pengungsi korban konflik di Kayamanya, Poso Kota.
Baca Juga:
Sekitar pukul sembilan malam, seseorang yang mengenal Lian mengundang untuk berdiskusi. Dengan senang hati, Lian menuruti ajakan temannya tersebut. Ternyata, Lian bukan dibawa ke forum diskusi, melainkan ke satu tempat di daerah “hijau” (kawasan kelompok muslim). Keganjilan itu makin dirasakan Lian saat digelandang ke sebuah ruangan seluas setengah lapangan badminton. Di tempat ini telah menunggu belasan pemuda, sebagian di antara mereka dikenalnya.
Salah satu dari mereka langsung mencecar ihwal alasan Lian, yang beragama Kristen, mengenakan jilbab. Pakaian itu dianggap sebagai cara menjalankan misi memata-matai kegiatan warga muslim. “Saya sadar benar dengan siapa saya berhadapan,” kata Lian, mengenang kejadian malam itu.
Lian menjelaskan bahwa dirinya tidak mengenakan jilbab, melainkan pelindung kepala dan telinga dari panas serta dinginnya udara. Jawaban itu rupanya tidak bisa diterima. Bahkan Lian disebut sedang melakukan kristenisasi di wilayah Islam.
Abdul Kadir Abdjul, Wakil Ketua Himpunan Pemuda Alkhairaat Kabupaten Poso, mengatakan waktu itu Lian memang dicurigai. Dalam diskusi, dia juga dinilai salah membandingkan nabi versi umat Islam dengan versi umat Kristen. Namun, menurut Abdul Kadir, Lian cukup mampu berargumentasi tanpa menyinggung perasaan para pemuda. “Kalau dia salah menjawab, masalahnya bisa lain,” ujarnya.
Acara debat itu berakhir menjelang pukul tiga dinihari. Ketegangan berangsur cair dan mereka saling memahami keyakinan masing-masing. “Beberapa pemuda malah mengantar pulang Lian sampai di rumahnya,” ujar Abdul Kadir, yang kini menjadi kawan karib Lian. (Baca lengkap: Para Perekat Republik)
STEFANUS TEGUH EDI PRAMONO