TEMPO.CO, Surabaya - Gaya komunikasi politik pasangan inkumben calon Gubernur Jawa Timur Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) dianggap lebih efektif ketimbang tiga pasangan calon lainnya.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Henry Subiakto, mengatakan pasangan KarSa diuntungkan masa kepemimpinan sejak 2008. Tak bisa dipungkiri, Henry mengakui posisi inkumben memang memberikan keuntungan dan dimanfaatkan KarSa dengan baik.
Inkumben, katanya, menjalin komunikasi politik tidak hanya dengan kata-kata. Tapi juga dengan tindakan nyata sekaligus. Selama lima tahun, komunikasi dengan rakyat dijalin melalui program dan pemberitaan.
Henry mengingatkan, dalam ilmu komunikasi ada istilah action speaks louder than words alias tindakan lebih bermakna daripada kata-kata. "Jadi startnya jauh lebih dulu. Ini menguntungkan dan efektif," kata dia kepada Tempo, Sabtu 24 Agustus 2013.
Menurutnya, dibawah duet KarSa, Provinsi Jawa Timur lebih maju ketimbang provinsi lain dalam berbagai aspek. Ia melihat gaya kampanye pasangan calon lain hampir sama, semua mencoba merakyat dengan gaya blusukan serta pasang iklan politik di berbagai media massa. Kekuatan lain yang sangat berpengaruh adalah ikatan sosial kelompok kemasyarakatan.
Dilihat dari sisi ikatan kemasyarakatan, pasangan Khofifah-Herman (BerKaH) cukup kuat karena disokong NU, kendati tidak 100 persen. Perpecahan ini karena Saifullah Yusup dan Khofifah. Dengan melihat basis NU di Jatim, seharusnya NU memiliki posisi tawar yang kuat untuk menduduki jabatan Jatim 1.
Sedangkan pasangan Bambang D.H-Said Abdullah (BangSa) sebetulnya pasangan yang kurang populer di Jawa Timur. Pasangan ini terkatrol oleh kehadiran Jokowi dan mesin politik PDI-P. "Faktor Jokowi ini cukup besar menaikkan elektabilitas, tapi sulit mengalahkan KarSa dan BerKaH sekalipun," Henry mengingatkan.
Adapun gaya komunikasi pasangan Eggi-Sihad kurang efektif karena dukungan basis massa sangat minimalis. Jebloknya gaya komunikasi Eggi juga diperparah dengan performanya. Eggi, ia membandingkan, tidak seserius calon gubernur independen DKI Jakarta, Faisal Basri, yang dikalahkan Jokowi. Saat itu, Faisal Basri punya dukungan besar dari kalangan civil society. "Eggi performanya tidak terlalu menarik. Dia bukan tokoh yang laku di Jawa Timur."
DIANANTA P. SUMEDI
Berita Terpopuler:
Kisah Ibu Ini 'Olohok' saat Disatroni Densus 88
Mau Besuk Tahanan, Harus Buka Celana Dalam
Wiranto Manfaatkan 3 Stasiun Televisi Hary Tanoe
Ini Kata Direktur Kernel Oil Soal Suap SKK Migas
Dutasari Diduga Menggangsir Duit Hambalang