TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur Andry Dewanto Ahmad mengaku telah mendengar soal tuntutan mundur yang digulirkan sejumlah pihak, menyusul penyebaran pesan berantai melalui BlackBerry Messenger. Ia pun menanggapinya dengan santai.
"Itu bukan ultimatumnya Inggris, kan? Yang enggak perlu dilawan arek-arek Surabaya, toh?" ujarnya merespons ultimatum yang diberikan tim kuasa hukum Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa), Jumat, 23 Agustus 2013.
Andry tidak mau berspekulasi dengan pemilu gubernur jika dirinya mundur dari jabatan. Terkait pesan yang disebarnya, menurut Andry, ada waktu sendiri untuk menjelaskan. Sementara pemilu, kata dia, harus tetap jalan terus dan pencoblosan harus berlangsung serentak. Karena itu, dibutuhkan pemimpin. "Pilgub lebih penting. Saya akan selamatkan pilgub, dan (ultimatum) itu tidak penting," katanya.
Dikatakan Andry, pesan berantai yang disebarnya itu telah dipolitisasi. Padahal, tidak mungkin seorang gubernur terpilih hanya karena broadcast message Ketua KPU. Tidak mungkin pula seseorang jatuh karena broadcast message Ketua KPU. "Broadcast itu murni ketidaksengajaan atau khilaf, dan sudah saya ralat seketika sebelum acara itu berlangsung dan sudah saya jelaskan berkali-kali," ujarnya.
Ditanya soal apakah dirinya menjamin pemilu gubernur berlangsung sesuai jadwal, Andry mengatakan akan memperjuangkannya. Sebab, ada beberapa kegiatan tahapan pemilu yang tidak bisa dilakukan karena faktor alam. Seperti pengiriman logistik ke pulau-pulau terluar di Sumenep. "Problem alam ini harus diselesaikan," katanya.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Topik Terhangat:
Suap SKK Migas| Penembakan Polis| Sisca Yofie |Konvensi Partai Demokrat| Rusuh Mesir