TEMPO.CO, Phom Penh - Sekitar 42 rumah dan 15 kedai milik warga muslim Myanmar hancur dibakar akibat kerasan yang disulut oleh rumor berlatar belakang serangan seks.
Polisi di Myanmar mengatakan, mereka mendapatkan perintah memperbaiki kembali rumah dan kedai yang hancur. "Sebagian besar milik umat muslim dibakar di wilayah sebelah barat daya negara."
Sekitar 1.000 anggota pendeta Buddha menyerang puluhan rumah dan toko di Htan Gone, sebuah desa berjarak 16 kilometer sebelah selatan Kota Kantbalu di kawasan Sagaing. Menurut keterangan sejumlah pejabat dan saksi mata, serangan itu disulut oleh rumor yang menyebutkan bahwa seorang pria muslim mencoba melakukan kekerasan seks terhadap seorang gadis belia Buddha.
"Kekerasan dipicu oleh sebuah laporan yang menyebutkan seorang pria muslim melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan Buddha saat dia pulang kerja," ujar Menteri Penerangan Myanmar.
Stasiun televisi pemerintah melaporkan, sekitar 42 rumah dan 15 kedai dibakar dan dihancurkan pada Sabtu, 24 Agustus 2013. Namun, jelas laporan televisi, tidak ada korban luka-luka dalam insiden penyerangan tersebut.
Kerusuhan di Htangon, sebuah desa berjarak 16 kilometer dari selatan Kota Kantbalu di kawasan Sagaing, bermula dari keributan di halaman kantor kepolisian setempat. Seorang pejabat kepolisian menerangkan kepada kantor berita Associated Press, para perusuh menuntut agar aparat keamanan menyerahkan pelaku (kekerasan seks).
Koresponden Al Jazeera, Veronica Pedrosa, dalam laporannya dari Bangkok mengatakan, ini merupakan bagian dari siklus kekerasan agama di Myanmar. "Umat muslim menjadi korban kekerasan tahun ini," ucap Pedrosa.
Kerusuhan -yang telah menewaskan lebih dari 250 orang dan menyebabkan 140 warga muslim kehilangan tempat tinggal- dimulai tahun lalu di sebelah barat negara bagian Rakhine. Di wilayah ini, umat Buddha menuduh muslim Rohingya masuk ke Myanmar secara ilegal. Mereka juga merampas tanah milik muslim Rohingya.
"Seluruh korban kekerasan adalah umat muslim, sementara pasukan keamanan hanya berdiri diam," tulis ABC News.
Kesaksian yang disampaikan oleh Aung San, seorang pemuda muslim berusia 48 tahun, mengatakan, dalam aksi penyerangannya, "Masyarakat menggeruduk wilayah kami dengan membawa pedang dan tombak. Mereka menyanyikan lagu kebangsaan dan mulai menghancurkan kedai serta membakar rumah kami."
Dia melanjutkan, "Polisi meminta mereka membubarkan diri, namun tidak mengambil tindakan tegas."
Aung San yang hidup bersama kedua orang tuanya berusia sekitar 70 tahunan mengatakan, keluarganya telah mengungsi ketika rumah-rumah mereka dibakar. "Kami menyembunyikan orang tua dan dua saudara perempuan kami di kuburan sebelum aksi pembakaran rumah kami. Selanjutnya, kami melarikan diri," kata Aung San. Kini, dia bersama keluarganya mengungsi di sebuah sekolah muslim, Senin, 26 Agustus 2013.
Myint Naing, anggota parlemen yang mewakili konstituen di Kantbalu, sangat marah dengan kekerasan ini. Dia mengatakan, umat muslim dan Buddha telah hidup berdampingan di kawasan itu selama bertahun-tahun.
"Di kota kami, hampir setiap desa ada masjid dan kami hidup bersama dengan damai," kata Myint Ming. Dia melanjutkan, ada satu masjid dibakar dalam kerusuhan tersebut. "Saya tak habis mengerti, mengapa pihak berwenang tidak sanggup menguasai keadaan ketika peristiwa itu terjadi," ucapnya.
AL JAZEERA | ABC NEWS | CHOIRUL
Topik terhangat:
Konser Metallica | Suap SKK Migas | Sisca Yofie | Rusuh Mesir | Konvensi Partai Demokrat
Berita terpopuler:
Metallica Hanya Minta 7 Pertanyaan
Undang Metallica, Setiawan Djodi Dimarahi Pak Harto
Metallica Cuci Muka di Hotel Bidakara
Jokowi Datang, Penonton Metallica Heboh
Nonton Metallica, Jokowi Dikawal Provos