TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham dalam negeri kembali melanjutkan penguatan seiring dengan kondisi bursa regional yang juga bergerak menguat.
Tren pergerakan positif tersebut disinyalir dipengaruhi oleh meningkatnya harga saham emiten energi, menyusul ancaman penyerbuan miiter Amerika Serikat (AS) ke Suriah. Pada sesi I, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 18 poin (0,4 persen) menuju level 4.044,39.
Menurut analis dari PT Sinarmas Sekuritas, Christandhi Rheza Mihardja, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang bermaksud untuk mengevaluasi instrumen moneter mendorong ekspektasi positif pelaku pasar. "Ekspektasi perbaikan moneter mendorong indeks naik."
Dalam rapat tersebut, BI diperkirakan akan menaikkan kembali tingkat suku bunga acuan sebesar 25-50 basis poin. Kenaikan suku bunga diharapkan mampu meredakan gejolak pelemahan rupiah yang menyentuh level 11.000 per dolar.
Di sisi lain, laporan pertumbuhan pemesanan rumah, kondominimum dan tempat tinggal di AS atau pending home sales turun hingga 1,3 persen. Hal itu meneteskan harapan program pemotongan stimulus bank sentral AS (The Fed) bisa ditunda setidaknya hingga awal tahun depan. "Meskipun harapannya sangat kecil, fakta tersebut cukup memberi sentimen positif pelaku pasar."
Meskipun demikian, Rheza mengingatkan rencana serangan militer AS ke Suriah masih menjadi fokus utama investor. Pasar khawatir ketegangan tersebut akan menganggu pasokan minyak dunia dan akan terus memicu kenaikan harga minyak mentah dunia.
Di pasar saham, investor asing terlihat mulai melakukan pembelian bersih senilai Rp 30 miliar. Saham yang berpindah tangan hingga sesi pertama mencapai 2,4 miliar lembar saham senilai Rp 2,7 triliun, dengan frekuensi 121,68 ribu kali transaksi.
PDAT | MEGEL JEKSON