TEMPO.CO , Jakarta-- Sekretaris Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakopti), Suyanto, mengatakan harga jual tempe dan tahu mengalami kenaikan 20-25 persen menyusul melemahnya nilai tukar rupiah dan naiknya harga jual kedelai.
"Memang untuk menyiasati harga kedelai dan menguatnya nilai tukar dolar, kami menaikkan harga produksi. Ini sudah kita bahas, kisarannya 20-25 persen," katanya pada Tempo di Jakarta, Sabtu, 31 Agustus 2013. Menurut dia, kenaikan harga kedelai sudah semakin tidak terkendali. Nilai tukar rupiah terhadap dolar pun masih berada di atas kisaran Rp 10 ribu.
Suyanto mengatakan harga kedelai di DKI Jakarta sudah mencapai Rp 9.300 per kilogram. Di daerah, kata dia harga kedelai bisa mencapai di atas Rp 9.500. Dalam kondisi normal, harga tempe mencapai Rp 4.000 per potong. Sementara itu, harga tahu ukuran paling besar, dalam kondisi normal, mencapai Rp 2.500.
Harga yang semakin naik, kata Suyanto, menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Karena daya beli yang semakin turun, Suyanto mengatakan banyak produsen tahun dan tempe yang menurunkan produksi hingga 30 persen. "Produksi tidak full, daya beli masyarakat menurun maka banyak produsen yang sudah mengurangi produksi sampai 30 persen," katanya.
Untuk mengatasi kenaikan harga yang terus terjadi, Gakopti mendorong pemerintah untuk segera merealisasikan izin impor Bulog. Dengan realisasi impor, kata dia, pasokan kedelai sebagai bahan baku akan terjaga sehingga kenaikan harga pun bisa ditahan. "Produksi dalam negeri pun harus digenjot. Ini persoalan klasik yang selalu terjadi tiap tahun," katanya.
ANANDA TERESIA
Terhangat:
EDSUS Polwan Jelita | Rupiah Loyo | Konvensi Demokrat | Suap SKK Migas
Berita populer:
Anggota FBR Ditembak Pria Tidak Dikenal
Sekjen ESDM Dicegah, KPK Serius Usut Jero Wacik
Jokowi: Lurah Susan Tak akan Dipindahkan
Agnes Monica: Indonesia Enggak Primitif