TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Priyo Budi Santoso mendukung langkah Panitia 17 yang mengusulkan nama Soeharto sebagai pengganti nama Jalan Medan Merdeka Barat. Menurut Priyo, Soeharto dan Soekarno sama-sama pantas diabadikan sebagai nama jalan. "Di mata saya, Bung Karno dan Pak Harto itu dua putra terbaik yang pernah dihasilkan oleh bangsa ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebagai manusia," kata dia saat ditemui di kompleks parlemen Senayan, Senin, 2 September 2013.
Politikus dari Partai Golongan Karya ini berharap pemakaian nama mendiang Presiden Indonesia kedua itu sebagai langkah rekonsiliasi agar masyarakat dapat menghargai pribadi Soeharto saat memimpin pemerintahan selama 32 tahun. "Pada zamannya, beliau ini mempunyai jasa-jasa yang cukup besar, dan itu jangan dinihilkan," ujar dia.
Priryo ingin masyarakat berhenti menyalahkan Soeharto sebagai pemimpin Orde Baru. Bagi dia, tidak ada pemimpin yang sempurna apabila publik menginginkan figur yang ideal. "Nanti Bung Karno dikaitkan dengan PKI," kata dia. Priyo mencontohkan, sosok Soekarno tak perlu dikaitkan dengan partai komunis saat khalayak mengenang prestasinya sebagai proklamator.
Rencana pemerintah mengganti nama Jalan Medan Merdeka Timur dengan nama Presiden Soeharto mengundang kontroversi. "Soeharto tidak pantas dijadikan nama jalan di Indonesia," kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Haris Azhar, di Jakarta, Ahad, 1 September 2013.
Sebelumnya, Panitia 17, yang ditugasi mengusulkan nama pengganti jalan di sekitar Monumen Nasional, mengajukan Soekarno sebagai pengganti nama Jalan Medan Merdeka Utara, M. Hatta untuk Jalan Medan Merdeka Selatan, Ali Sadikin untuk Medan Merdeka Barat, dan Soeharto untuk Jalan Merdeka Timur.
ALI AKHMAD
Berita Terpopuler Lainnya:
Medan Merdeka Timur Mending Jadi Jalan Si Pitung
Jalan Sarwo Edi, Soeharto dan Gus Dur
DPR: Jalan Medan Merdeka Tak Usah Diganti
