TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Erani Yustika, memprediksi ekspor Indonesia akan meningkat. Menurut dia, ini konsekuensi dari menguatnya nilai dolar terhadap rupiah.
"Agustus ekspor akan naik," katanya saat dihubungi Senin, 2 September 2013. Saat rupiah terdepresiasi, kata dia, harga barang ekspor Indonesia menjadi kompetitif. Akibatnya ekspor meningkat.
Karena Erani menyarankan pemerintah untuk mengawasi aktivitas ekspor pengusaha. Yang harus didorong, menurutnya, adalah ekspor komoditas industri olahan. Saat ini 60 persen ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas primer atau bahan mentah. "Nilai tambahnya kecil," ujarnya.
Salah satu komoditas primer yang menurut Erani bisa diolah untuk memberikan nilai tambah adalah crude palm oil (CPO), kakao, dan karet. "CPO bisa diolah jadi ratusan produk," ujarnya.
Jika ekspor meningkat defisit neraca perdagangan akan berkurang. Langkah lain untuk mengatasi defisit adalah mendorong iklim investasi yang baik di dalam negeri. "Tapi persoalan bahan baku dan upah jangan ada lagi," kata Erani.
NINIS CHAIRUNNISA
Topik Terhangat
Polwan Jelita | Lurah Lenteng | Rupiah Loyo | Konvensi Demokrat | Suap SKK Migas
Berita Terpopuler:
Briptu Rani: Keramahan Saya Disalahartikan
Jusuf Kalla: Jokowi Harus Nyapres
Sengman Pernah Hadir ke Wisuda Anak SBY?
Relokasi Blok G Cepat, Jokowi Tungguin Tukang Cat
Disebut Terkait Impor Sapi, Dipo Alam Berkelit