TEMPO.CO, Jakarta- Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Nur Pamudji menyatakan masih menunggu keputusan Federal Reserve terkait pengurangan stimulus fiskal. Jika keputusan The Fed jelas, PLN baru bisa memperhitungkan kebutuhan dolar Amerika Serikat dan menentukan langkah korporasike depan.
Pamuji mengakui bahwa banyak transaksi PLN yang dilakukan dalam mata uang dolar Amerika Serikat. Meski demikian, Pamudji belum mau mengungkapkan strategi ke depan mengingat masih belum stabilnya nilai tukar. "Begitu diputuskan (Federal Reserve), kurs akan stabil di level tertentu. Baru enak untuk prediksi nanti saat sudah stabil di level tertentu," kata dia.
Dalam laporan keuangan semester 1 2013, PLN membukukan kewajiban valas sebesar Rp 234,2 triliun. Sebanyak 79,7 persen utang tersebut dalam denominasi dolar Amerika Serikat. Utang dalam mata uang dolar AS ini terutama berasal dari obligasi internasional, utang bank untuk pembiayaan pembangunan pembangkit listrik, utang penerusan pinjaman dan utang sewa pembiayaan atas penerapan ISAK 8 terhadap listrik swasta.
Pada 2012, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sempat menggerus laba bersih PLN. Rugi selisih kurs pada akhir 2012 meningkat menjadi Rp 5,9 triliun dari rugi selisih kurs 2011 Rp 1,8 triliun. PLN mencatat pada semester pertama tahun ini, nilai tukar Rupiah terdepresiasi 2,7 persen terhadap Dolar Amerika Serikat.
BERNADETTE CHRISTINA