TEMPO.CO, Banyuwani - Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Hary Cahyo Purnomo mengatakan, stok kedelai lokal di daerahnya berlimpah hingga akhir tahun ini. Oleh karena itu, dia meminta perajin tempe dan tahu untuk beralih memakai kedelai lokal dan tidak bergantung pada kedelai impor.
Hary menjelaskan, produksi kedelai lokal Januari-Juli 2013 mencapai 27.717 ton. Selama enam bulan pertama, kedelai lokal hanya terserap 5.859 ton. Sehingga masih ada 21.858 ton untuk mencukupi kebutuhan hingga akhir Desember 2013.
"Cukup untuk enam bulan ke depan," kata Hary ditemui Selasa 3 September 2013.
Menurut Hary, selain stok berlimpah, harga kedelai lokal hanya berkisar Rp 7.500 - Rp 7.750 per kilogram. Ini jauh lebih murah dibandingkan harga kedelai impor yang saat ini naik hingga Rp 8.800 per kilogram.
Kedelai lokal, kata dia, tak begitu laku karena mutunya di bawah kedelai impor. Namun dia meyakini bila tata cara pengolahan kedelai lokal diperbaiki, kualitas produknya sama dengan kedelai impor.
Bahrowi, petani kedelai di Kecamatan Genteng, Banyuwangi, mengatakan, kedelainya laris-manis sejak harga kedelai impor melambung. Biasanya kedelai miliknya hanya laku 600 kilogram per bulan, saat ini telah terjual 1,5 ton.
"Agen-agen banyak yang cari kedelai lokal," kata dia.
Bahrowi justru berharap pemerintah bisa mengurangi impor kedelai supaya kedelai lokal laku. Dengan demikian, gairah petani menanam kedelai menjadi lebih tinggi.
Selama ini perajin tempe dan tahu di Banyuwangi lebih memilih menggunakan kedelai impor karena mutunya bagus. Muhammad Busairi, perajin tempe, mengatakan kedelai lokal cepat busuk. "Kedelainya juga lebih kecil," ujarnya.
IKA NINGTYAS
Berita Terpopuler:
Sengman Pernah Hadir ke Wisuda Anak SBY?
Menteri Agama Ngambek Pidatonya Terpotong Azan
Relokasi Blok G Cepat, Jokowi Tungguin Tukang Cat
Disebut Terkait Impor Sapi, Dipo Alam Berkelit
Perwira Polwan Yakin Briptu Rani Hanya Oknum