TEMPO.CO, Bogor - Menteri Pertanian Suswono mengatakan kenaikan harga kedelai disebabkan oleh lahan yang semakin menyempit. "Dalam lahan yang sempit tersebut petani harus memilih komoditas mana yang paling menguntungkan," kata Suswono.
Suswono menuturkan Indonesia pernah swasembada kedelai pada tahun 1992. Saat itu luas lahan pertanian kedelai mencapai 1,5 juta hektare dan harga kedelai 1,5 kali dari harga beras. "Buat petani, harga naik itu sangat menguntungkan," ujar Suswono di Bogor, Selasa, 3 September 2013.
Akan tetapi, kata Suswono, ketika ada kebijakan melarang proteksi untuk tanaman lokal dan membuka keran impor sehingga harga kedelai impor lebih murah, petani mulai tak tertarik menanam kedelai. "Bayangkan beberapa tahun lalu kedelai impor dijual seharga Rp 4.500 per kilogram, padahal petani lokal baru dapat untung ketika menjual seharga Rp 6.000 per kilogram."
Jika diklasifikasikan, Suswono melanjutkan, petani akan memilih untuk menanam tebu, padi, jagung dan terakhir baru kedelai. Karena petani menilai menanam kedelai tak berbuah untung.
Adanya Peraturan Menteri Perdagangan yang mewajibkan Badan Urusan Logistik untuk membeli harga kedelai sebesar Rp 7 ribu per kilogram, petani mulai menanam kembali kedelai. "Kemarin di Aceh sudah panen dan dibeli oleh Bulog seharga Rp 7.000 ," ucap Suswono.
ERWAN HERMAWAN
Berita Lainnya:
Ini Cara Fathanah Cuci Uangnya
Anggota DPRD Bacok Warga di Kantornya
Bertemu Foke, Ahok Cium Pipi Kanan Kiri
PNS Situbondo Diwajibkan Salat Berjemaah
Jenazah Soetandyo Disambut Isak Tangis Keluarga
Ada BMW di Rusunawa Cipinang Muara