TEMPO.CO, Bandung - Juru bicara PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir mengatakan, Pertamina menaikkan campuran Biofuel menjadi 10 persen untuk mengurangi transaksi menggunakan mata uang dolar Amerika.
"Kalau Biofuel belinya di dalam negeri sehingga mengurangi transaksi dalam bentuk Dollar. Penghematannya sekitar 63 juta dolar Amerika," kata dia di Bandung, Selasa, 3 September 2013.
Menurut dia, Biofuel itu menjadi komponen pencampur bahan bakar solar untuk Biosolar produk Pertamina. Pertamina mulai menaikkan takaran komponen Ethanol dalam Biofeul itu sejak 1 September 2013. Sebelumnya komponen Biofuel dalam Biosolar baru 7,5 persen. "Sekarang ditingkatkan menjadi 10 persen per 1 September," ujar Ali.
Ali menjelaskan, biaya produksi Biofuel itu masih lebih malah dibandingkan biaya produksi solar dari minyak mentah. Rinciannya, biaya produksi Biofuel Rp 8.100 per liternya, sedangkan solar biaya pokoknya hanya Rp 7.300 per liter. "Biofuel lebih mahal daripada solar. Bagi pemerintah asal gak ada transaksi dalam bentuk dolar," kata dia.
Produk Biosolar milik Pertamina itu baru menjangkau pasar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, serta sebagian Sulawesi. Khusus daerah timur, Pertamina belum bisa memasok Biosolar karena infrastruktur pencampuranya belum ada.
AHMAD FIKRI
Topik Terhangat
Delay Lion Air | Jalan Soeharto | Siapa Sengman | Polwan Jelita | Lurah Lenteng Agung
Berita Terpopuler:
Petinggi Polri Diduga Kecipratan Uang Labora
Kemenhub: Karyawan Lion Air Banyak yang Eksodus
Ozil Kenakan Nomor Punggung 11 di Arsenal
Siapa Mau Kerja untuk Jokowi? DKI Buka Tes CPNS
Kisah Penumpang Lion Air Kena Delay Empat Kali