TEMPO.CO, Ternate - Gubernur Maluku Utara Thaib Armaiyn mengatakan, kondisi ketertiban dan keamanan di Maluku Utara menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara putaran kedua, semakin terjadi rawan kerusuhan.
Thaib Armaiyn menjelaskan banyak aksi demostrasi yang berpeluang menganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat. Bahkan, Thaib Armaiyn mengaku selalu mendapatkan ancaman melalui short message service (SMS).
Thaib Armaiyn tidak menjelaskan secara terperinci bentuk ancaman terhadap dirinya. Namun, si pengirim SMS memintanya agar memilih salah satu dari dua pasangan calon yang akan berlaga dalam pemilihan putaran kedua.
"Sebagai gubernur, saya meminta aparat keamanan agar bisa terus menjaga ketertiban masyarakat, agar proses pembangunan di Maluku Utara tidak terganggu," kata Thaib Armaiyn kepada Tempo, Rabu, 4 September 2013.
Kepala Bidang Humas Keplisian Daerah Maluku Utara Ajun Komisaris Besar Hendrik Badar mengatakan, pihak kepolisian hingga kini belum menerima laporan dari Gubernur Thaib Armaiyn berkaitan dengan ancaman SMS yang diterimanya. “Kami persilakan gubernur melaporkannya,” ujarnya.
Pemilihan putaran kedua diikuti pasangan Abdul Gani Kasuba-M Natser Thaib, yang usung koalisi PKS, PKPI, PKB, serta duet Ahmad Hidayat Mus-Hasan Doa, yang dijagokan oleh koalisi Partai Golkar, PPP, Hanura, dan PKPB.
Pada pemilihan putaran pertama, 1 Juli 2013 lalu, selain dua pasangan tersebut, juga diikuti oleh empat duet lainnya, yakni Namto Hui Roba-Ismail Arifin, yang diusung PDI Perjuangan dan Barnas; Muhadjir Albaar-Sahrin Hamid, yang merupakan jago PAN, PBB, dan Partai Demokrat; Syamsir Andiri-Benni Laos, jago 18 partai non parlemen; serta pasangan dari jalur independen Hein Namotemo-Malik Ibrahim. Namun empat pasangan tersebut perolehan suaranya tidak mencapai 30 persen.
Menyikapi hasil pemilihan putaran pertama, terjadi aksi unjuk rasa di Halmahera Utara pada 13 Juli 2013. Ratusan orang pendukung salah satu pasangan melakukan perusakan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat di Kota Tobelo.
Mereka menolak hasil rekapitulasi KPU, dan gagal menemui anggota KPU, kemudian melempar kantor KPU dengan batu dan potongan kayu. Akibatnya, kaca jendela dan pintu rusak parah. Polisi mengamankan 30 orang yang diduga menjadi dalang kerusuhan tersebut.
BUDHY NURGIANTO
Topik Terhangat
Delay Lion Air | Jalan Soeharto | Siapa Sengman | Polwan Jelita | Lurah Lenteng Agung
Berita Populer
3 Istri Djoko Susilo Bergelimang Harta
Inilah Alasan Ozil Pindah ke Arsenal
Kemenhub: Karyawan Lion Air Banyak yang Eksodus
Kisah Penumpang Lion Air Kena Delay Empat Kali
Dipasangkan dengan Jokowi? Ini Komentar JK
Jaksa Selidiki Korupsi di Acara Anang-Ashanty