TEMPO.CO , Jakarta: Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana, menyatakan tidak ada konflik internal yang menyebabkan serangkaian keterlambatan penerbangan atau delay pada 1-2 September 2013 lalu. "Tidak ada konflik internal, tidak ada pilot mogok juga," kata Rusdi di kantornya, Selasa, 3 September 2013.
Rusdi menjelaskan, ada tiga pilot yang tak bisa terbang karena sakit. Lion Air mengaku tidak ada demonstrasi karyawan seperti yang banyak dikabarkan. "Itu non sense, karena karyawan sudah menerima gaji pada 31 Agustus lalu," ujar Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait.
Edward membantah isu yang menyebutkan manajemen maskapai tidak membayar gaji pilot. Edward menjelaskan, Lion Air mempekerjakan 1.300 pilot. Sebanyak 200 orang di antaranya adalah pilot asing. Gaji pilot asing dan lokal tak jauh berbeda. "Gaji pilot berkisar Rp 50–100 juta per bulan, hampir sama di semua maskapai di Indonesia," ujarnya.
Ia menyebut, perbedaan hanya terdapat pada fasilitas apartemen yang diberikan kepada pilot asing. Para pilot asing menerima gaji dalam bentuk dollar. Namun untuk tunjangan, manajemen maskapai membayar dengan rupiah. (Baca: Lion Air Akan Beli Kapal Pesiar)
Menurut Edward, jumlah pilot Lion Air masih memadai dari 95 pesawat yang dioperasikan. Ia memberi ilustrasi. Satu pesawat membutuhkan lima set awak. Tahun ini, Lion Air mentargetkan untuk meluluskan 40 siswa dari sekolah penerbang yang dikelolanya. "Nanti kami sekolahkan mereka lagi untuk bisa dapat type rating agar dapat menerbangkan jet," ujarnya.
Lion Air tahun ini kedatangan 60 lulusan dari sekolah penerbangan lainnya.(Baca: YLKI Minta Kementerian Perhubungan Tegur Lion Air)
MARIA YUNIAR
Topik Terhangat
Jalan Soeharto | Siapa Sengman | Polwan Jelita | Lurah Lenteng Agung
Berita Terkait
Lion Air Janji Bayarkan Hak Penumpang
Lion Air Delay Karena Ada Ground Staff Ngambek
Ini Kata Angkasa Pura II Soal Pesawat Sering Delay