TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Indonesia, Didik J. Rachbini, mengatakan pemotongan subsidi bahan bakar minyak merupakan solusi untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia yang tengah melambat. Menurut dia, besarnya subsidi pemerintah untuk BBM membuat daya saing Indonesia sulit berkembang. Sebab, nilai impor BBM Indonesia jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspornya.
"Anggaran Indonesia tidak akan bersisa lantaran habis untuk impor BBM," kata Didik di gedung Menara Kadin, Jakarta, Jumat, 6 September 2013.
Didik menuturkan, calon presiden selanjutnya memiliki tugas agar tak mengeluarkan kebijakan yang populis ihwal subsidi BBM. Ia mengatakan subsidi BBM berpotensi menjadi permainan politik pemerintah. "Jika jumlahnya masih sebesar ini, tentu akan menggerus cadangan devisa," kata Didik.
Cadangan devisa Indonesia merosot ke level US$ 92,671 miliar per 31 Juli 2013. Ini artinya, sepanjang tahun ini, cadangan devisa sudah merosot US$ 20,11 miliar dari posisi akhir Desember, yakni US$ 112,781 miliar.
Imbas apabila subsidi BBM diteruskan, menurut Didik, pemerintah tidak mampu membangun infrastruktur. Misalnya, jalan baru yang mampu dibangun pemerintah dalam setahun hanya sepanjang 100 kilometer. "Jika tidak ada subsidi, pemerintah mampu membangun 10 ribu km jalan per tahunnya," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri menargetkan untuk menekan defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun ini di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB), yang diproyeksikan mencapai Rp 9.270 triliun. Keyakinannya berasal dari adanya kebijakan paket ekonomi, yang salah satunya mengatur soal penggunaan biofuel dalam negeri sebanyak 10 persen untuk bahan campuran solar.
Dana Moneter Internasional (IMF) sudah memproyeksikan defisit transaksi berjalan tahun ini mencapai 3,4 persen dari PDB. "Diusahakan. Yang pasti akan di bawah 4 persen," kata Chatib di gedung parlemen Senayan, beberapa waktu lalu.
Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua mencapai US$ 9,8 miliar atau sekitar 4,4 persen dari PDB. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan defisit pada kuartal pertama yang bernilai US$ 5,8 miliar, atau sebesar 2,6 persen dari PDB.
LINDA HAIRANI
Topik Terhangat
Vonis Kasus Cebongan | Jokowi Capres? | Penerimaan CPNS | Suriah Mencekam
Berita Terpopuler
Abraham Samad: Rudi Rubiandini Orang Serakah
Istri @benhan: Suami Diperlakukan Bak Perampok
Zaskia Gotik Putuskan Pertunangan dengan Vicky
Ahok: Tiada Ampun bagi Kopaja Ugal-ugalan
Hukuman Serda Ucok: 11 Tahun Bui dan Dipecat