TEMPO.CO, Blitar - Kantor Imigrasi Blitar, Jawa Timur mengamankan 106 imigran gelap yang hendak menyeberang ke Pulau Natal, Australia. Mereka berupaya menyusup melalui Pantai Brumbun, Tulungagung saat petugas penjagaan pantai Imigrasi sedang libur.
Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II Blitar Mochamad Sungeb mengatakan para imigran asal berbagai negara ini ditangkap saat mendekati kawasan Pantai Brumbun, Tulungagung, Sabtu dini hari, 7 September 2013. Mereka disergap saat hendak menaiki perahu menuju kapal besar yang menunggu di teluk. "Ini sudah kesekian kalinya mereka masuk lewat Tulungagung," kata Sungeb kepada Tempo, Minggu 8 September 2013.
Setelah ditangkap aparat Kepolisian Resor Tulungagung, hari ini para imigran ini diserahkan ke Kantor Imigrasi Blitar. Saat ini mereka masih menjalani pemeriksaan dokumen, fisik, dan pemotretan oleh petugas Imigrasi. Karena banyaknya imigran yang ditangkap, mereka diinapkan di Hotel Patria Blitar dengan biaya penuh International Organization For Migration (IOM).
Menurut Sungeb, para imigran yang jumlahnya 106 ini berasal dari berbagai negara. Diantaranya adalah 69 orang dari Somalia, 8 orang dari Irak dan Iran, 7 orang dari Srilanka, 20 orang dari Sudan, 1 orang dari Yaman, serta 1 orang lagi dari Myanmar. Tujuh diantara mereka masih anak-anak. Hasil pemeriksaan sementara para imigran ini hendak menuju Pulau Natal, Australia.
Belum diketahui sampai kapan para imigran ini ditampung di Hotel Patria. Kantor Imigrasi Blitar masih berkoordinasi dengan IOM untuk menentukan nasib mereka selanjutnya. Sungeb menambahkan, kawasan perairan Tulungagung telah menjadi rute utama para imigran gelap yang hendak menyelundup ke Australia.
Hal ini dikarenakan banyaknya pantai yang menghubungkan dengan laut lepas yang cukup tersembunyi. Bahkan sebagian besar kawasan pantai ini berada dikelilingi hutan dan jauh dari pengawasan. "Apalagi ada sindikat yang melibatkan warga lokal," kata Sungeb.
Aktivitas mereka, menurut Sungeb seperti kucing-kucingan dengan aparat. Di saat petugas sedang lepas jaga atau libur, mereka menyelinap ke kawasan pantai. Hal ini pula yang membuat para sindikat masih menjadikan Tulungagung sebagai lokasi penyelundupan favorit.
Kepala Polres Tulungagung Ajun Komisaris Besar Whisnu Hermawan Februanto mengatakan masih memeriksa lima orang sopir truk dan satu nahkoda kapal. Sebab mereka inilah yang membawa para imigran dari titik penurunan di Kota Tulungagung menuju pantai. Sebelum tiba di Pantai Brumbun, para imigran ini menempuh perjalanan darat dari Cisarua, Bogor dan Jakarta menggunakan tiga unit bus. "Kita sedang lacak sindikat mereka," kata Whisnu.
HARI TRI WASONO