TEMPO.CO, Jakarta - Konflik yang terjadi di Suriah sungguh memprihatinkan. Bukan hanya memakan korban jiwa, tapi juga merenggut masa depan anak-anak Suriah. Mereka dijadikan informan hingga direkrut jadi tentara. Padahal, mereka tetap anak-anak yang perlu sekolah. Hampir 2 juta anak Suriah dinyatakan putus sekolah akibat perang saudara selama dua tahun ini.
"Ini hal yang mengejutkan untuk Suriah. Padahal, sistem pendidikan di sana hampir setara dengan pendidikan dasar yang universal. Pemindahan, kekerasan, ketakukan, dan suasana yang tidak stabil membuat anak sulit meraih kebahagiaan untuk bersekolah," kata Maria Calivis, Direktur Regional UNCEF untuk Timur Tengah, Jumat, 6 September 2013.
Calvis juga mengatakan, ada sekitar 1 juta anak-anak Suriah mengungsi ke negara tetangga untuk agar bisa hidup lebih aman, tapi tidak melanjutkan sekolah. Hanya sepertiga atau kurang dari mereka memilih Irak, Libanon, dan Yordania untuk melanjutkan sekolah formal di sana. Di tempat pengungsian di Yordania, sebanyak 12.000-30.000 anak-anak mendaftar untuk melanjutkan sekolah.
PBB mengatakan bahwa bulan lalu organisasi asuhan mereka sudah menyediakan dana untuk pendidikan untuk 118.000 anak-anak. UNICEF juga sudah meminta dana sebesar US$ 161 juta unuk bantuan pendidikan dan anak-anak di Suriah. Namun, baru sekitar US$ 51 juta saja yang diterima.
RINDU P HESTYA | TIME
Berita Terkait:
Partai Liberal Unggul dalam Pemilu Australia
Uni Eropa Percaya Suriah Gunakan Senjata Kimia
Jepang Ajak ASEAN Perangi Kejahatan Dunia Maya
Kepala Kucing Tersangkut di Lubang Dinding