TEMPO.CO, Yogyakarta - Pedagang tahu dan tempe di Pasar Beringharjo Yogyakarta berhenti berjualan sebagai solidaritas pemogokan perajin tahu-tempe se-Indonesia. Pedagang yang nekat jualan di-sweeping dan diusir keluar dari pasar. Supriyatno, 29 tahun, pedagang tempe di Beringharjo, mengatakan sweeping berlangsung pada dini hari pukul 03.00-04.00 WIB Senin 9 September 2013.
Bersama sejumlah pedagang lain, dia mendatangi lantai 1 dan 2 pasar, tempat pedagang tahu-tempe biasa berjualan. “Ada yang jualan kami suruh keluar pasar,” kata Supriyanto yang juga perajin tempe, Senin 9 September 2013.
Menurut dia, pedagang sepakat berhenti sementara jualan setelah terbit surat edaran Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia agar tak berproduksi dan berjualan selama tiga hari, 9-11 September. “Kami mulai jualan lagi Kamis nanti,” kata dia.
Supriyatno kembali ke pasar pada siang hari untuk mengecek kemungkingan ada pedagang yang nekat kembali ke pasar. Dia sadar, mogok produksi dan jualan membuatnya rugi. Tapi dia tak dapat menutupi rasa geram karena harga kedelai terus melambung. “Mereka butuh makan, kami pun juga,” katanya.
Akibat pedagang tahu-tempe mogok berjualan, pembeli kecele. “Tadi banyak yang nanya, kok tidak ada jualan,” kata Ismuryani, pedagang jagung di Beringharjo. Pedagang tahu-tempe di Pasar Kranggan juga mogok jualan.
Mogok produksi tempe berlangsung di Sleman, Yogyakarta. Paryono, perajin di Jalan Magelang mengatakan sejak kemarin berhenti produksi sementara. Tapi Paryono, 31 tahun, minta dispensasi agar mogok berlangsung dua hari saja. “Kelamaan mogoknya, pengeluaran jalan terus tapi pemasukan tidak ada,” katanya.
Di Kartasura, Jawa Tengah, ratusan perajin tahu-tempe menggelar protes di Pertigaan Kartasura, kemarin. Mereka juga mogok produksi. Massa menduduki pertigaan besar yang menjadi jalur utama penghubung Kota Solo, Yogyakarta dan Semarang. Pemrotes berorasi di atas mobil bak terbuka yang diparkir di pertigaan. "Perajin bisa gulung tikar jika harga kedelai tidak segera turun," kata koordinator aksi Suradi. Sebagian membawa alat produksi berupa ember, drum plastik maupun logam. Perkakas itu dipakai untuk alat tabuh hingga suasana makin riuh. Mereka berjoget di tengah jalan dengan iringan rekaman musik dangdut.
ANANG ZAKARIA | AHMAD RAFIQ