TEMPO.CO, CILACAP -- Belum turunnya hujan membuat kekeringan di Cilacap semakin meluas. Kekeringan membuat sejumlah desa mengalami krisis air bersih. Pekan lalu, krisis air bersih sudah melanda tujuh desa, dan terus bertambah luas hingga saat ini.
“Kini tercatat sudah 13 desa yang tersebar di tiga kecamatan yang mengalami krisis air bersih,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cilacap, Wasi Aryadi, Senin 9 September 2013.
Ia mengatakan, krisis air bersih sebelumnya hanya terjadi di Kecamatan Patimuan, tetapi kini bertambah dua yakni Kecamatan Bantarsari dan Kawunganten. Di Patimuan, ada tujuh desa yang mengalami kekeringan, di Kawunganten empat desa dan di Kecamatan Bantarsari dua desa.
Menurut Wasi, di Kecamatan Patimuan, desa-desa yang mengalami kekeringan di antaranya di Desa Cimrutu, Purwojati, Sidamulya, Rawa Apu, Singgalang, Bulupayung dan Patimuan. Sedangkan di Kecamatan Bantarsari adalah Desa Rawajaya dan Binangun serta di Kecamatan Kawunganten ada empat desa yakni Bringkeng, Grugu, Ujung Manik dan Babakan.
“Pemerintah Cilacap baru mampu memasok air bersih ke delapan desa, sedangkan ke lima desa lainnya di Bantarsari dan sebagian Kawunganten masih belum terjangkau,” katanya.
Ia beralasan, jumlah armada tangki pengangkut air bersih yang terbatas jumlahnya. Dari tujuh armada, hanya tiga armada yang bisa dijalankan. Itu pun dengan kondisi kendaraan yang kurang baik, sehingga lambat menempuh perjalanan terlebih jika berjalan di perbukitan.
Sebetulnya, kata Wasi, pemerintah daerah telah mengalokasikan dana Rp100 juta untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat yang membutuhkan. Dengan harapan dana itu cukup memenuhi kebutuhan krisis air bersih. ARIS ANDRIANTO