TEMPO.CO , Jakarta -- Semrawut adalah satu kata yang muncul di kepala kala menginjakkan kaki di Terminal Pulogadung. Banyak motor dan angkot yang melakukan aksi "jemput bola" dengan langsung menjemput penumpang-penumpang yang baru turun dari bus Antar Kota Antar Provinsi atau dari bus Transjakarta.
"Biar penumpang gampang, abis turun langsung naik, jadi tidak usah repot jalan," ujar Andika, 28 tahun supir ojek di Terminal Pulogadung, Selasa, 10 September 2013.
Selain tidak teraturnya angkot dan ojek yang ada di sana, masih banyaknya praktek calo yang kini disebut Pengurus Bus menyebabkan terminal ini terlihat ramai dan penuh. Mereka aktif mengerubuti penumpang yang datang ataupun baru turun dari bus lainnya. Tak jarang, mereka memaki penumpang yang tidak mau menjawab kemana tujuan mereka.
Komandan Regu Terminal Pulogadung, Djoko Purnomo mengatakan bahwa pihaknya sudah mencoba segala cara untuk menertibkan angkot-angkot yang ngetem sembarangan. "Pernah waktu itu kerjasama dengan satlantas, tapi besoknya ya begitu lagi, susah," ujarnya kepada Tempo.
Mengenai rencana Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk melakun peremejaan terminal-terminal, Djoko mengaku belum tahu. "Saya sudah tanya pada Kepala Terminal, tapi beliau juga belum dapat arahan," ujarnya.
Terminal Pulogadung adalah salah satu terminal andalan warga Jakarta Timur. Terminal ini melayani keberangkatan dalam dan luar kota. Terminal ini berdiri di atas lahan seluas 35.196 meter persegi. Di terminal yang dibangun pada 14 Mei 1976 ini, dibagi dalam 3 terminal, yakin terminal dalam kota, luar kota, dan pool bis Antar Kota Antar Provinsi.
TIKA PRIMANDARI