TEMPO.CO, Jember -- Ratusan anggota polisi dan TNI membersihkan bangunan Pesantren dan Masjid Darussholihin yang rusak akibat penyerangan dan perusakan, Jumat pagi, 13 September 2013. Sejumlah santri dan warga sekitar pesantren juga tampak membantu membersihkan pecahan kaca, genteng yang berserakan, serta membereskan barang-barang yang diobrak-abrik massa pada Rabu siang, 11 September 2013.
Polisi menyatakan sudah menyelesaikan olah tempat kejadian perkara sehingga sudah bisa membersihkan puing-puing bekas penyerangan kelompok massa tersebut. "Kami sudah melakukan proses penyelidikan dan olah TKP. Sekarang kami upayakan bersama agar tempat ini bersih dan rapi," kata Wakil Kepala Kepolisian Resor Jember, Komisaris Cecep Susatya, Jumat, 13 September 2013.
Akibat aksi brutal itu, sejumlah bangunan dalam kompleks pesantren rusak. Sebagian besar kaca di masjid, rumah Habib Ali Al Habsy, kantor pesantren, sekolah, dan kamar-kamar santri pecah berantakan. Di dalam masjid, sebuah mimbar khatib, sebuah bedug, lampu, dan kipas angin rusak berat karena dihantam benda-benda keras dan tajam.
Menurut Cecep, konflik antara dua kubu pendukung pesantren dan pendukung Ustadz Fauzi itu juga menyebabkan sedikitnya 38 sepeda motor rusak berat dan tiga sepeda motor hangus dibakar. Sepeda motor-sepeda motor itu milik orang tua murid dan santri yang diparkir di kompleks pesantren karena mereka sedang mengikuti acara karnaval bersama putra-putrinya. Sebanyak tujuh rumah di sekitar pesantren dan dua buah perahu di pesisir Pantai Puger juga rusak berat.
Habib Ali Al Mahdi, seorang pengasuh pesantren, menyatakan sudah melaporkan aksi penyerangan dan perusakan itu ke Mapolres Jember. Pesantren, kata dia, menyerahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian untuk mengusut tuntas kasus itu. "Yang sangat kami sesalkan, masjid juga diobrak-abrik. Itu benar-benar pelecehan tempat ibadah kepada Allah," katanya.
Mahdi juga menduga kuat aksi itu sudah direncanakan sebelumnya. Pasalnya, kata dia, gerakan kelompok massa itu tampak cepat dan rapi. "Saya bersama abah dan umi melihat sendiri, aksi mereka cepat dan merusak secara masif dan merata. Tidak mungkin kalau tidak terencana," katanya seraya menyatakan tidak mengenali para penyerang itu.
MAHBUB DJUNAIDY