TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan harga kedelai di Indonesia ternyata tak hanya dipengaruhi oleh pelemahan kurs rupiah. "Kenaikan harga juga sempat terjadi di Amerika Serikat," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi, Jumat, 13 September 2013.
Dikutip dari Reuters, kenaikan harga kedelai memang terjadi di bursa komoditas berjangka Chicago (Chicago Mercantile Exchange). Di sana harga kedelai untuk kontrak pengiriman November mencapai US$ 13,96 per bushel (1 bushel setara dengan 35,24 liter) atau naik 2,8 persen dibanding bulan sebelumnya.
Kenaikan harga kedelai tersebut dipengaruhi oleh proyeksi negatif oleh Kementerian Pertanian setempat (United States Department of Agriculture / USDA). Bulan ini, USDA telah menurunkan proyeksi produksi mereka menjadi 150 juta bushel, turun dari bulan Agustus estimasi 220 juta.
"Ini tentunya baik untuk perdagangan kedelai, tapi buruk bagi komoditas jagung," kata Charlie Sernatinger, analis ED&F Man.
Berbeda dengan kedelai, produksi jagung memang diramalkan tinggi. Cuaca yang panas diproyeksikan naik 0,6 persen menjadi 13,84 miliar bushel sehingga harganya jatuh 4,45 persen menjadi US$ 4,56 per bushel untuk pengiriman Desember.
Amerika Serikat adalah pemasok utama kedelai Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi impor kedelai selama semester I-2012 ini sebanyak 893 ribu ton dengan nilai US$ 511,1 juta atau kurang lebih Rp 4,8 triliun. Dari jumlah itu, total impor kedelai sepanjang Januari hingga Juni dari Amerika sebesar 823,1 ribu ton dengan nilai US$ 464,1 juta.
PINGIT ARIA