TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional, Adrianus Meilala, meminta kepolisian berfokus mengungkap pelaku teror yang menembak anggota kepolisian. Hal ini disampaikan Adrianus menanggapi pernyataan kepolisian yang mengeluh kekurangan dana sehingga kurang siap menghadapi serangan teroris.
"Anggaran Rp 40 triliun. Daripada minta ditambah untuk membeli pakaian dan perlengkapan, fokus saja pada pengejaran pelaku," kata Adrianus saat diskusi di Cikini, Sabtu, 14 September 2013.
Menurut Adrianus, identitas pelaku sebenarnya sudah jelas, yaitu kelompok radikal atau teroris. Identitas ini sangat jelas karena hanya ada satu kelompok yang menghalalkan nyawa polisi. Selain itu, kemampuan menembak dan kepemilikan senjata menunjukkan pelaku pernah mendapat pelatihan.
"Sekarang upayakan penangkapan dulu sehingga tidak terulang lagi," kata Adrianus.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian, Inspektur Jenderal Ronnie Franky Sompie, sebelumnya berdalih salah satu penyebab rentannya anggota kepolisian tewas adalah minimnya anggaran pengadaan perlengkapan. Anggaran tak memungkinkan untuk membeli sejumlah perlengkapan, seperti rompi antipeluru dan senjata api bagi seluruh anggota kepolisian.
Adrianus memaparkan, dari sekitar Rp 40 triliun anggaran kepolisian, sebanyak 70 persen habis untuk gaji dan 25 persen untuk kebutuhan operasional. Penambahan anggaran juga tak menjawab pengungkapan kasus karena membutuhkan proses panjang. "Yang perlu cepat adalah penangkapan. Jadi polisi fokus saja. Pelakunya sudah jelas," ucap dia.
FRANSISCO ROSARIANS