TEMPO.CO, Jakarta -MUDA, cantik, dan tenar tidak membuat penyanyi dan aktris Maudy Ayunda, 18 tahun, berleha-leha. Bidang hiburan, baginya, bukan yang utama. Ada hal lain yang dia paling prioritaskan: pendidikan. Pada 4 Oktober mendatang, pemeran Laras di film 2014 ini akan berangkat ke Inggris untuk kuliah di Oxford University. Ia belajar di jurusan filsafat, politik, dan ekonomi. "Oxford adalah impianku," kata pemilik nama Ayunda Faza Maudia ini, Selasa pekan lalu.
Selama kuliah, Anda meninggalkan dunia hiburan?
Enggak. Setiap dua bulan balik ke Indonesia.
Mengambil jurusan filsafat, politik, dan ekonomi, apakah Anda penggemar baca buku-buku filsafat?
Aku amat familiar dengan Karl Marx. Saya suka pemikirannya tentang konsep materialisme, materialisme dialektika.
Buku yang mempengaruhi Anda?
Saya suka karya Paulo Coelho, penulis Brasil. Dia begitu fasih berbicara tentang kehidupan dan cinta.
Kota yang paling Anda suka?
Aku lupa namanya. Yang pasti kota itu di Swiss. Swiss itu gila. Pernah aku turun di sebuah tempat untuk beli roti, dan di seberang tempat roti itu ada danau dan pegunungan, juga burung-burung. Itu pemandangan yang luar biasa.
Cacing. Rasanya asin. Saya memakannya di Chiang Mai, Thailand.
Lagu yang begitu menggambarkan Anda?
Lagu Almost is Never Enough yang dinyanyikan Ariana Grande. Begitu personal. Lirik dan warna musiknya sederhana tapi berarti.
Seandainya ditato, bagian tubuh mana yang akan Anda tato?
Di pinggul belakang. Tidak terlalu banyak yang melihat dan, karena luas, bisa digambari apa pun. Aku ini perfeksionis, jadi inginnya rapi. Aku mau gambar hati kecil di situ.
Dari banyak tokoh kartun, Anda ingin jadi siapa?
Doraemon. Dia punya segalanya di kantong. Dia juga punya pintu yang bisa membuat aku pergi ke mana saja.
Kalau diandaikan tanda baca, Anda mau jadi apa?
Tanda tanya. Karena tidak ada yang pasti di dunia ini. Lebih menarik berbicara dengan orang yang banyak pertanyaan.
Apa rasanya jadi terkenal dan cantik?
Beruntung.
HERU TRIYONO