TEMPO.CO, Bogor -- Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi memprediksi harga kedelai masih tetap bertengger di level tinggi. Bahkan beberapa waktu mendatang harga itu akan terkerek lagi akibat pengaruh hasil produksi kedelai yang jelek dan rendah di Amerika Serikat.
"Kalau sekarang tingginya harga karena dipengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah," katanya saat menghadiri acara di Institut Pertanian Bogor, Selasa, 17 September 2013.
Kedelai Amerika memiliki pengaruh kuat terhadap harga di Indonesia. Perajin tempe-tahu banyak memilih kacang kedelai asal negeri Abang Sam itu.
Untuk mengurangi ketergantungan perajin lokal sebenarnya bisa memilih kedelai asal Brazil. "Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke Brazil dan bertemu pengusaha yang menawarkan suplai kedelai berapapun jumlahnya," katanya. Dengan mengimpor dari beberapa negara akan menghindarkan Indonesia dari keterbatasan stok kedelai.
Mantan Menteri Pertanian, Sjarifudin Baharsjah memprediksi harga kedelai akan terus menjadi persoalan selama negara ini belum mampu mencapai ketahanan kedelai. Adapun Menteri Pertanian Suswono menilai mahal kedelai membuat petani bergairah menanam komoditas ini. Ia mengatakan petani kerap menghindari menanam kedelai karena harganya murah. "Harga sekitar Rp 8.000 per kilogram sangat menarik bagi petani," katanya.
M SIDIK PERMANA