TEMPO.CO, London - Setelah dinominasikan untuk Hadiah Nobel, remaja asal Pakistan, Malala Yousufzai, menerima tantangan lain: mengumpulkan dana untuk pengungsi Suriah. Ia akan keliling ke berbagai dunia untuk mengumpulkan sumbangan bagi pendidikan anak-anak para pengungsi negara yang lebih dari dua tahun dilanda konflik itu.
Bekerja sama dengan mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown dan lembaga nirlaba A World at School, ia akan bekerja untuk mengumpulkan sedikitnya US$ 500 juta dalam kurun tiga tahun. Angka ini disesuaikan dengan jumlah anak-anak usia sekolah pengungsi Suriah di Lebanon sebanyak 300 ribu orang.
Saat meluncurkan program ini, Malala berbicara via Skype dengan dua pengungsi, Zahra dan Om Kolthoum Katou, yang telah hidup di Lebanon selama setahun terakhir. Dua bocah asal Aleppo ini telah enam bulan tak bersekolah. "Saya mendukungmu. Kau sangat berani," kata Malala. "Saya yakin kalian akan bisa bersekolah. Dan bahwa tak seorang pun bisa menghentikan kalian."
Menurut laporan UNICEF baru-baru ini, hampir dua juta anak Suriah telah putus sekolah pada tahun lalu. Sejak awal konflik Suriah Maret 2011 , lebih dari 700.000 warga Suriah melarikan diri ke Libanon, yang merupakan hampir 20 persen dari populasi negara itu. "Untuk sebuah negara yang hampir mencapai pendidikan dasar universal sebelum konflik dimulai, angka ini sungguh mengejutkan," kata Maria Calivis, direktur regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
Malala menjadi terkenal di seluruh dunia setelah selamat dari upaya pembunuhan oleh Taliban pada tahun 2012. Dia kini tinggal dan bersekolah di Inggris.
AP | TRIP B
Terhangat:
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Siapa Bunda Putri | Penembakan Polisi