TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Perhubungan menyatakan Pendulum Nusantara tetap menjadi bagian Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). "Sekarang masih menyiapkan infrastruktur, seperti pendalaman dermaga dan menata manajemen kapal," kata Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Bobby Mamahit, di kantornya, Rabu, 18 September 2013.
Ia mengungkapkan, kapal yang nantinya digunakan untuk Pendulum Nusantara belum tentu kapal berkapasitas 3.000 "twenty-foot equivalent units" (TEUS). Kapal berukuran 1.500 TEUS pun sudah ideal untuk menjalankan program tersebut. Bobby a mengatakan belum ada penetapan operator untuk Pendulum Nusantara.
"Yang harus dipastikan itu ada kargo yang diangkut," ucapnya. Ia menyebut Pendulum Nusantara beroperasi mulai 2016. Bobby menuturkan, pemerintah berperan dalam menetapkan kebijakan program tersebut, Sementara itu, swasta akan ambil bagian dalam pengelolaan pelabuhan dan kapal.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, menyatakan Pendulum Nusantara kini resmi menjadi program nasional. "Ini program nasional untuk menekan biaya logistik," ujarnya dalam konferensi pers di Pelabuhan Tanjung Priok beberapa waktu lalu.
Hatta menuturkan, ongkos logistik yang semula Rp 6 juta bisa ditekan mendekati Rp 3 juta dengan program ini. Namun, penekanan tersebut dilakukan secara bertahap, seiring pertumbuhan kargo yang diangkut.
Lebih lanjut, ia menyebut Pendulum Nusantara tidak hanya berhenti pada sistem angkutan, melainkan modernisasi pelabuhan. Beberapa tahap yang harus dilakukan untuk modernisasi pelabuhan, kata dia, antara lain memperdalam dermaga, memperbaiki alur dan rute, serta meningkatkan angkutan kargo. Namun menurut Hatta, masih ada yang harus dipikirkan dalam sistem Pendulum Nusantara.
"Tidak bisa kalau yang diangkut waktu pergi saja, dan pulangnya kosong," ujarnya.
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II menyatakan sampai saat ini belum ada sistem serupa Pendulum Nusantara di Indonesia. "Kita sekarang masih point-to-point," kata Direktur Utama Pelindo II, Richard Joost Lino.
Model Pendulum Nusantara, kata dia, membuat perusahaan pelayaran bisa menggunakan kapal yang lebih besar dengan kecepatan rendah untuk menghemat penggunaan BBM. "Makanya saya challenge, Indonesia bisa tidak?" ujarnya.
MARIA YUNIAR
Berita Terkait:
Pendulum Nusantara Menjadi Program Nasional
Kapal Besar Belum Bisa Masuk Indonesia
Pelabuhan Tak Steril, Investor Ancam Hengkang
Menkeu Keluhkan Tanjung Priok Tak Steril