TEMPO.CO, Jakarta - Selama semester pertama tahun ini, volume ekspor kepiting melonjak 25,76 persen menjadi lebih dari 19 ribu ton senilai US$ 198 juta. Volume ekspor kepiting ke Cina tercatat mengalami lonjakan tertinggi, yakni sekitar 94 persen.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Thomas Darmawan, menuturkan dari tahun ke tahun tren ekspor kepiting cenderung meningkat. "Kepiting sebagai bahan sup kini menggantikan sirip ikan hiu yang mendapat kampanye negatif," ujar Thomas ketika dihubungi, Rabu, 18 September 2013.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ekspor kepiting dan produk olahannya mencapai 19.786 ton pada Januari-Juni 2013. Volume ekspor ini meningkat 25,76 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 15.733 ton.
Tak cuma didorong oleh peningkatan permintaan, peningkatan nilai ekspor kepiting juga didukung oleh kenaikan harga. Nilai ekspor kepiting tercatat naik 7,82 persen dari US$ 183,7 juta atau setara Rp 2,09 triliun (kurs Rp 11.400) pada semester I tahun 2012 menjadi 198,0 juta (Rp 2,25 triliun) pada semester I tahun ini.
Amerika Serikat menjadi pasar ekspor kepiting terbesar dengan volume ekspor 5.711 ton senilai US$ 104,7 juta atau Rp 1,193 triliun. Namun, Thomas menyatakan bahwa tren kenaikan terbesar ada di Cina. "Harga sedikit naik. Di Cina ada tren harga ikan kerapu turun, tetapi kepiting naik," kata Thomas.
Pada 2010, volume ekspor kepiting ke Cina tercatat baru 967 ton senilai US$ 2,1 juta (Rp 23,9 miliar). Sejak 2011, volumenya melonjak 350 persen menjadi 4.379 ton senilai US$ 16,0 juta (Rp 182 miliar).
Tahun ini, kata Thomas, ekspor kepiting ke Cina diproyeksi mengalami lonjakan tertinggi. Sebab, hingga Juni saja, volumenya telah meningkat 94,25 persen menjadi 8.861 ton. Sementara nilainya melesat 114,46 persen dari US$ 27,1 juta (Rp308,9 miliar) pada periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 58,19 juta (Rp663,3 miliar).
PINGIT ARIA