TEMPO.CO, Surakarta - Pasar perawatan pesawat terbang di Indonesia tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Hal ini dipicu peningkatan penumpang yang tahun ini diperkirakan ada 80 juta penumpang pesawat terbang. Ironisnya, perusahaan perawatan pesawat Indonesia hanya menguasai 30 persen atau antara US$ 240-270 juta per tahun. "Lainnya diambil asing," kata Direktur Human Capital and Corporate Affair Garuda Maintenance Facilities Aero Asia, Harkandri M. Dahler, seusai menghadiri wisuda angkatan pertama pelatihan teknisi perawatan pesawat terbang di Solo Techno Park, Surakarta, pada Rabu, 18 September 2013.
Dari 30 persen pasar yang dikuasai domestik, GMF mengklaim menguasai 90 persen pasar. Harkandri memperkirakan sebuah maskapai bisa menghabiskan US$ 800-900 juta per tahun untuk perawatan pesawat. Dia mengakui bengkel perawatan pesawat di Indonesia belum mampu melayani seluruh perawatan pesawat sehingga sebagian besar maskapai memilih masuk bengkel perawatan di luar negeri. Padahal itu pangsa pasar Indonesia.
Infrastruktur dan sumber daya manusia menjadi satu dari sejumlah kendala industri perawatan pesawat ini. Misalnya untuk sumber daya manusia, GMF Aero Asia tiap tahun membutuhkan 600-700 teknisi perawatan pesawat baru, tapi baru terpenuhi 100-150 orang. Saat ini GMF Aero Asia memiliki sekitar 2 ribu teknisi perawatan pesawat.
"Akibatnya, kami harus menolak order. Kami fokus pada pekerjaan yang ada karena perawatan pesawat tidak bisa sembarangan," katanya. Upaya memenuhi kebutuhan tenaga kerja perawatan pesawat dengan menggandeng lembaga pendidikan untuk bersama-sama menyelenggarakan pelatihan dasar.
Soal infrastruktur, GMF Aero Asia saat ini tengah mengembangkan hangar ke-4 di kawasan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Proses konstruksi sudah dimulai Januari 2013 dan diharapkan selesai pada Mei 2014. "Nanti ada 17 line untuk perawatan pesawat dan satu line untuk pengecatan," katanya. Proyek hanggar ke-4 menelan investasi Rp 500 miliar.
Selain itu saat ini tengah menjajaki pembangunan hanggar perawatan pesawat di luar Jakarta seperti di Batam (Bandara Hang Nadim), Bintan (Bandara Raja Haji Fisabilillah), dan Medan (Bandara Kualanamu). "Nanti pesawat maskapai asing berbadan lebar bisa masuk bengkel perawatan di Batam atau Bintan. Lalu yang domestik masuk Jakarta," ujarnya. Saat ini tengah tahap nota kesepahaman dengan Batam dan Bintan.
UKKY PRIMARTANTYO