TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia Rexy Mainaky mengatakan program latihan nomor tunggal putra perlu dievaluasi. Evaluasi tersebut menyusul gugurnya semua wakil tunggal putra di Turnamen Superseries Jepang Terbuka di Tokyo.
"Saya lihat kekalahan ini harus dievaluasi ke pelatih Joko Supriyanto sebagai kepala pelatih tunggal putra," kata Rexy melalui pesan pendek, Rabu 18 September 2013. "Saya harus evaluasi program latihannya". Peraih emas Olimpiade 1996 di Atlanta ini mengatakan Dionysius Hayom Rumbaka belum mencapai kondisi fisik prima. Menurut dia, pelatih harusnya menyadari kelemahan itu.
Ada pun Sony Dwi Kuncoro, dia melanjutkan, sudah menurun. "Di beberapa turnamen selalu kalah di babak pertama," kata Rexy.
Dia menaruh harapan besar pada Tommy Sugiarto, 25 tahun. "Dia harus digembleng mentalnya," katanya. "Sekarang dia menjadi ujung tombak."
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia berguguran di babak pertama Turnamen Superseries Jepang Terbuka 2013. Tommy, yang menjadi unggulan keenam, mengawali bergugurannya rangkaian tersebut. Dia kalah dua set langsung oleh pebulutangkis bukan unggulan asal Thailand, Tanongsak Saensomboonsuk, 28-30, 13-21.
Dari data yang ditampilkan tournamentsoftware.com, Tommy unggul lebih dahulu di set pertama. Namun, skor mereka terus berkejaran. Tommy kalah setelah lima kali deuce. Di set kedua, pertandingan berlangsung lebih longgar dan berakhir dengan kekalahan putra pebulutangkis legendaris, Icuk Sugiarto, itu
Hayom bertekuk lutut di depan pebulutangkis Jerman, Marc Zwiebler, melalui rubber set, 21-16, 11-21, 12-21. Ada pun Sony kalah dari pebulu tangkis India, Anand Pawar, 17-21, 21-7, 18-21.
GADI MAKITAN