TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, menentang keras pembelian alat sadap baru yang dilakukan Kementerian Pertahanan untuk Badan Intelijen Strategis. Menurut Poengky, peralatan intelijen seperti ini sangat rawan disalahgunakan oleh TNI.
Kekhawatiran paling nyata adalah penyalahgunaan alat sadap saat pesta demokrasi Indonesia tahun depan. "Ada sedikit dugaan ini untuk kepentingan Pemilu 2014," kata Poengky saat dihubungi Tempo, Kamis, 19 September 2013.
Dia pun waswas jika alat sadap ini menguntungkan partai pemerintahan saat ini, Demokrat. Dia beralasan, saat ini Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko adalah orang dekat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat.
Netralitas TNI dalam Pemilu, dia melanjutkan, masih diragukan. Meski pimpinan TNI sering berjanji netral, tidak ada pihak yang bisa menjamin dan memonitor pergerakan intelijen TNI.
Poengky lebih setuju jika peralatan intelijen baru milik TNI digunakan untuk mendukung pertahanan negara dari gangguan luar negeri. "Bagaimana pun juga masyarakat punya pengalaman buruk soal intelijen, pemerintah harus bijak."
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan membeli seperangkat alat sadap intelijen dari pabrikan Gamma TSE Ltd. Kementerian membeli peralatan intelijen ini sejak tahun lalu dan akan diterima akhir tahun ini. Rencananya, alat senilai Rp 70 miliar ini akan digunakan untuk intelijen TNI, BAIS.
INDRA WIJAYA
Topik Terhangat:
Harmonisasi Vicky | Penembakan Polisi | Tabrakan Anak Ahmad Dhani
Berita Terkait
Vanny Eks Pacar Freddy Budiman Ditangkap Polisi
Vanny: Saya Merasa Dijebak
Ahok Tak Takut Ditinggal Jokowi Jadi Presiden
Pengusaha Minta Jokowi Tak Stop Mal di Jakarta