TEMPO.CO, Damaskus - Presiden Suriah Bashar al-Assad berjanji menghancurkan seluruh simpanan senjata kimia dalam waktu satu tahun dengan biaya sekitar US$ 1 miliar (Rp 1,2 triliun).
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, saluran televisi Amerika Serikat, Assad juga mengatakan negaranya tidak tercengkeram oleh perang saudara, melainkan telah disusupi oleh puluhan ribu kaum jihad yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda.
Pemunculan terakhir Assad, Rabu, 18 September 2013, menyusul perdebatan soal draf resolusi PBB yang disiapkan Amerika Serikat-Rusia berisi rencana pengamanan dan penghapusan senjata kimia di bawah hukum internasional.
Pada penampilan Rabu, 18 September 2013, Assad menolak tuduhan bahwa pasukan harus bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia dalam serangan 21 Agustus 2013, di pinggiran Damaskus. Menurut PBB, di kawasan tersebut ada bukti sangat jelas mengenai penggunaan gas perusak saraf.
Assad mengatakan, pasukannya telah meraih kemenangan di daerah itu sehingga tak perlu menembakkan roket berisi senjata kimia. "Kami tidak menggunakan senjata kimia di Ghouta," kata Assad kepada Fox News, Rabu, 18 September 2013.
Assad menambahkan kepada saluran televisi ini, perlucutan senjata kimia makan biaya mahal dan rumit. "Membutuhkan uang banyak, sekitar US$ 1 miliar (Rp 1,2 trilun). Hal itu sangat merugikan lingkungan," katanya.
"Jika pemerintah Amerika Serikat siap membayar biaya ini dan mengambil tanggung jawab dengan membawa bahan beracun ke AS, mengapa mereka tidak melakukannya?" kata Assad.
Assad mengatakan, keputusannya menghancurkan stok senjata kimia tidak dipaksa oleh ancaman serangan Amerika Serikat. "Ini sebagai tanggapan atas inisiatif Rusia dan keyakinan kami," ujarnya.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler
SBY: Di Dunia, Hanya Indonesia Izinnya Berbelit
M.S. Hidayat: Saya Penyebab Kemacetan Jakarta
Ini Curhat Jokowi ke Boediono Soal Mobil Murah
Vanny Ditahan, Anggita Sari Liburan di Bali
Ditolak Jadi Duta Besar, Foke Bilang Wajar