TEMPO.CO, Jakarta - Karena permainan desain yang terbatas pada lemari, rak, serta meja vintage, menurut Luthfi Hasan, 48 tahun, untuk mengurangi jumlah barang di kantornya. Luthfi lebih suka memadukan lemari, rak, dan meja di kantornya dengan desain modern. Selain kursi, barang vintage yang wajib ada di kantornya adalah lampu dan hiasan penunjang. Lampu yang digunakan Luthfi kebanyakan adalah lampu gantung atau chandelier dengan bohlam yang berbentuk seperti cahaya lilin.
Di kantor Onecomm ada sekitar empat chandelier yang didapat Luthfi dari hasil pencariannya di Jakarta. Chandelier lilin ini menimbulkan efek dramatis bagi ruangan. Sebab, sinar yang dipancarkan dari lampu lilin ini tidak berwarna putih, melainkan kuning. Jadi, saat kita masuk ke ruang dan galeri di Jakarta Vintage, seolah seperti dibawa ke suasana rumah lama tahun 1950-an.
Apalagi ruangan Jakarta Vintage yang terletak di lantai dasar Dharmawangsa Square memiliki pintu berwarna hijau terang dengan dua daun pintu serta kaca es polos. Pintu ini mirip sekali dengan pintu gerbang di rumah-rumah lama yang biasa digunakan untuk garasi. Pintu dua daun berwarna hijau ini juga kerap digunakan di beberapa bangunan tua di keraton Solo.
“Pintu ini saya dapat dari Kemang. Orang suka bercanda, mereka bilang saya ngambil pintu warteg,” kata Luthfi, yang seorang narablog sekaligus perancang interior yang memang menyukai dan mengusung konsep vintage dalam setiap desainnya.
Sentuhan terakhir yang paling membuat ruangan kantor Luthfi semakin vintage adalah bingkai pajangan yang digantung di dinding. Bingkai ini tidak digunakan untuk membingkai foto, melainkan membingkai lembaran kertas buku yang dipajang di dinding. Bingkai berwarna cokelat gelap ini hampir ada di setiap ruang kantor Luthfi. Ada pula papan pesan berwarna hitam, mirip papan tulis sekolah yang digantung di setiap ruang utama dan ruang rapat. “Padahal aslinya itu daun pintu lemari yang copot,” katanya.
Pada prinsipnya, Luthfi mencari barang lama yang sifatnya tidak terlalu rumit dan memiliki nilai guna. “Saya bukan mencari barang yang eye catching (mudah ditangkap mata), melainkan yang iconic (menggambarkan atau mewakili sesuatu hal),” ujarnya. Setelah dipermak, barang vintage akan tampak lebih segar dan modern.
Soal harga? Luthfi menyebutkan, saat masih menjadi barang lama dan belum diolah, barang vintage bisa sangat murah. Tapi, setelah diolah dan diberi sentuhan ide, harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Seperti kursi kaki jengki yang ada di galeri Luthfi. Setelah kain dan busanya diganti, harga satu kursi paling murah Rp 1,5 juta, sedangkan untuk sofa panjang yang juga berkaki jengki, harganya bisa mencapai Rp 7,8 juta.
CHETA NILAWATY
Berita Terpopuler
Makan Cokelat Ternyata Bisa Bikin Kurus
5 Cara Buat Jus Lebih Sempurna
Polusi Bisa Picu Endometriosis Pada Perempuan
Anak Yatim Ikut Vote Tentukan Miss World Muslimah