TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Importir Telepon Seluler Indonesia, Eko Nilam, memprediksi BlackBerry RIM tidak mungkin merugi dengan dibukanya fasilitas BlackBerry Messenger (BBM) untuk merek iPhone dan Android. Menurut dia, langkah ini justru akan menambah pengguna BBM.
"Dengan dibukanya fasilitas BBM, tentunya BlackBerry RIM sudah menghitung bahwa tiap orang yang download program ini atau mengaktivasi PIN akan dikenakan biaya. Jadi mereka sudah pasti melakukan perhitungan bisnis dengan langkah ini. Saya rasa tidak mungkin sampai rugi," katanya pada Tempo di Jakarta, Sabtu, 21 September 2013.
Menurut dia, dengan dibukanya fasilitas instant messaging BBM, BlackBerry RIM diperkirakan mengantongi US$300-400 juta dari seluruh dunia hanya dari aktivasi PIN pada tahun ini. Untuk di Indonesia, Eko menilai langkah ini positif karena komunikasi melalui BBM jadi semakin terbuka, jangkauan fasilitas ini pun, kata dia, akan semakin banyak.
Direktur Pemasaran dan Komunikasi, Djatmiko Wardoyo, mengatakan bahwa dibukanya layanan BBM justru akan mendongkrak jumlah pengguna BBM. Menurut dia, setelah dibuka untuk Android dan iPhone, pengguna BBM akan bertambah dari 60 juta menjadi 150 juta pengguna di seluruh dunia.
Dengan penambahan jumlah pengguna menjadi 150 juta BBM user dari 60 juta, maka langkah ini akan signifikan. Dari penambahan ini kemungkinan ada konsumen yang melihat BBM bagus jadi ikut aktivasi walau tidak punya BlackBerry.
Djatmiko mengatakan, dibukanya layanan BBM untuk Android dan iPhone tidak serta merta menurunkan penjualan BlackBerry. Menurut dia, apapun bisa terjadi. Erajaya pun belum bisa memprediksi apakah langkah ini justru akan menurunkan penjualan BlackBerry di Indonesia. "Ada dua kemungkinan, orang masih akan tertarik menggunakan BlackBerry devices atau justru tidak mau. Masih sulit diprediksi," katanya.
Juru Bicara BlackBerry Indonesia, Yolanda Nainggolan, tidak bersedia berkomentar mengenai dampak dibukanya layanan BBM pada penjualan BlackBerry. Menurut dia, BlackBerry RIM tidak bisa memberikan informasi mengenai data penjualan pada publik.
ANANDA TERESIA